“Percikan riak gelombang dalam perjalanan hidupku menuju kejayaan..”
Begitulah kalimat ini kubaca di balik fotonya.
Setelah beberapa waktu aku banyak berkomunikasi dengannya, sepertinya sangat sayang jika cerita ini harus terlewatkan. Sebagai rekam sejarah, anggap saja begitu, tentang perjalanan seorang yang kisahnya sangat memberikan banyak pelajaran hidup..
Kita mulai ceritanya..
Selesai merapikan kamar, aku merebahkan tubuhku di bawah kipas angin ruangan utama. Di sisi kananku, berdiri sebuah almari lama yang sudah tidak terawat dengan sisi-sisinya yang penuh dengan sarang laba-laba. Dalam bayanganku, almari itu paling hanya berisi benda-benda antik peninggalan orang yang pernah tinggal di sini. Penasaran dengan isi almari itu, kubuka pintunya dengan menggunakan kakiku, dan "Bruukkk...", puluhan buku keluar jatuh dari dalam almari.
Setelah kucermati dari beberapa buku itu, hampir sebagian besar adalah buku-buku kimia, kedokteran, matematika, dan beberapa buku berbahasa Inggris tentang aerodinamika. Sambil kukembalikan buku-buku itu ke tempat asal, muncul pertanyaan dalam diriku, "Siapakah gerangan yang dulu pernah menghuni rumah ini...??"
Sebelum aku menutup pintu almari, pada pojok kanan atas bagian dalam pintu almari, kutemukan stiker yang bertuliskan: "SMA N 1 Teladan Yogyakarta". Dan di bawah stiker itu, ada stiker yang lambangnya sangat tidak asing bagiku, bertuliskan: "M3at Jogja!".
Siapakah mereka...???
----
Seminggu berjalan, penasaranku tentang misteri penghuni dan pemilik rumah ini sedikit demi sedikit mulai terjawab. Dan, merekalah orangnya...
“Ini ruang Tuhan..!”
Namanya “Ar”, kuambilkan dari dua huruf awal panggilannya. Malam ini tanggal 27 Nov 2012, usianya 36 tahun berjalan. Ar lahir dan tumbuh dari keluarga yang sangat berkecukupan. Ia dilahirkan di Pangkal Pinang, Sumatera. Ayah dan Ibunya adalah ahli kimia di perusahaan Timah, perusahaan yang oleh Andrea Hirata dikutuk karena sangat eksploitatif; mengeruk kekayaan Belitung dan membiarkan penduduknya hidup miskin.
Ar kecil sudah terbiasa menghabiskan waktunya di luar negeri. Ia pernah tinggal di hampir negara-negara besar Eropa dan Timur Tengah. Karena itu, kemampuan berbahasa asing Ar sangatlah bagus.
Setelah menyelesaikan SMP di kampung halamannya, Ar dihijrahkan orang tuanya ke Jogja. Di kota pelajar ini, ia diterima menjadi salah satu siswa di SMA N 1 Yogyakarta, tahun 1991. Setahun menjadi siswa di SMA, ia terpilih menjadi siswa teladan di SMA Teladan itu. Dengan dukungan fasilitas dari orang tua, Ar benar-benar melambung ke langit, ia menjadi sosok yang sangat fenomenal ketika itu. Di sekolah dan di lingkungan pergaulannya, ia tidak hanya dikenal sebagai seorang yang cerdas, tetapi JENIUS..! Dari sisi kehidupan ekonominya, ia tidak hanya dikenal sebagai anak bangsawan, tetapi masuk dalam deretan orang-orang jet-set.
Saat statusnya masih kelas dua SMA, teori-teori fisika, kimia, matematika, elektro dan aerodinamik sudah ia kuasai. Bertumpuk-tumpuk hasil penelitiannya selama SMA, mulai dari rekayasa kimia dengan berderet-deret rumus yang ia padukan, analisa rambatan panas dalam teori fisika yang ia jadikan sebagai model kerja mesin temuannya, reaksi panas saat dua kutub magnet didekatkan yang perhitungannya ia gunakan dalam pembuatan komponen mesin elektro, modeling pesawat jet dengan perhitungan yang sangat rumit sampai pada perhitungan kecepatan gerak maksimal pesawat yang dihasilkan dari lebar sisi baling-baling. Semua itu ia tuliskan dengan sangat detail dan gambar yang sempurna. Subhanallah..!!! Saat ia tunjukkan dan terangkan semuanya itu padaku, benar-benar seperti ruang Tuhan yang sedikitpun tak pernah tergambar di kepalaku..
Dua tahun yang lalu, saat kudengarkan pemaparan Pak Habibie tentang rekayasa pesawat buatannya, maka malam ini sulit bagiku untuk tidak mengatakan bahwa Ar adalah sosok yang tidak kalah jenius dengan Pak Habibie.
“Tuhan punya kehendak lain..”
Ada kalanya, Allah ingin memberikan hikmah kepada hambanya lewat perantara hamba-Nya yang lain. Dan kita, kadang dijadikan Allah sebagai hikmah untuk orang lain; kehidupan kita dijadikan pelajaran oleh orang lain untuk berbuat atau tidak berbuat.
Ar, ia mengalami kecelakaan di penghujung kelas dua SMA-nya. Tempurung kepalanya pecah dari pelipis mata sampai ubun-ubun, ia mengalami gagar otak yang cukup parah.
Tidak satupun dokter yang yakin operasi dapat menolongnya. Namun, siapa yang tahu kehendak Tuhan..?? Setelah perjanjian antara pihak Rumah Sakit dengan orang tua Ar, akhirnya operasi dipilih sebagai ikhtiar terakhir. Operasi itu sukses, meskipun Ar harus mengalami koma untuk beberapa waktu, pada akhirnya ia bisa siuman..
Namun…
-Bersambung-
Kadipaten Kulon
Rabu, 28 Nov 2012
Read more >>
Begitulah kalimat ini kubaca di balik fotonya.
Setelah beberapa waktu aku banyak berkomunikasi dengannya, sepertinya sangat sayang jika cerita ini harus terlewatkan. Sebagai rekam sejarah, anggap saja begitu, tentang perjalanan seorang yang kisahnya sangat memberikan banyak pelajaran hidup..
Kita mulai ceritanya..
Selesai merapikan kamar, aku merebahkan tubuhku di bawah kipas angin ruangan utama. Di sisi kananku, berdiri sebuah almari lama yang sudah tidak terawat dengan sisi-sisinya yang penuh dengan sarang laba-laba. Dalam bayanganku, almari itu paling hanya berisi benda-benda antik peninggalan orang yang pernah tinggal di sini. Penasaran dengan isi almari itu, kubuka pintunya dengan menggunakan kakiku, dan "Bruukkk...", puluhan buku keluar jatuh dari dalam almari.
Setelah kucermati dari beberapa buku itu, hampir sebagian besar adalah buku-buku kimia, kedokteran, matematika, dan beberapa buku berbahasa Inggris tentang aerodinamika. Sambil kukembalikan buku-buku itu ke tempat asal, muncul pertanyaan dalam diriku, "Siapakah gerangan yang dulu pernah menghuni rumah ini...??"
Sebelum aku menutup pintu almari, pada pojok kanan atas bagian dalam pintu almari, kutemukan stiker yang bertuliskan: "SMA N 1 Teladan Yogyakarta". Dan di bawah stiker itu, ada stiker yang lambangnya sangat tidak asing bagiku, bertuliskan: "M3at Jogja!".
Siapakah mereka...???
----
Seminggu berjalan, penasaranku tentang misteri penghuni dan pemilik rumah ini sedikit demi sedikit mulai terjawab. Dan, merekalah orangnya...
“Ini ruang Tuhan..!”
Namanya “Ar”, kuambilkan dari dua huruf awal panggilannya. Malam ini tanggal 27 Nov 2012, usianya 36 tahun berjalan. Ar lahir dan tumbuh dari keluarga yang sangat berkecukupan. Ia dilahirkan di Pangkal Pinang, Sumatera. Ayah dan Ibunya adalah ahli kimia di perusahaan Timah, perusahaan yang oleh Andrea Hirata dikutuk karena sangat eksploitatif; mengeruk kekayaan Belitung dan membiarkan penduduknya hidup miskin.
Ar kecil sudah terbiasa menghabiskan waktunya di luar negeri. Ia pernah tinggal di hampir negara-negara besar Eropa dan Timur Tengah. Karena itu, kemampuan berbahasa asing Ar sangatlah bagus.
Setelah menyelesaikan SMP di kampung halamannya, Ar dihijrahkan orang tuanya ke Jogja. Di kota pelajar ini, ia diterima menjadi salah satu siswa di SMA N 1 Yogyakarta, tahun 1991. Setahun menjadi siswa di SMA, ia terpilih menjadi siswa teladan di SMA Teladan itu. Dengan dukungan fasilitas dari orang tua, Ar benar-benar melambung ke langit, ia menjadi sosok yang sangat fenomenal ketika itu. Di sekolah dan di lingkungan pergaulannya, ia tidak hanya dikenal sebagai seorang yang cerdas, tetapi JENIUS..! Dari sisi kehidupan ekonominya, ia tidak hanya dikenal sebagai anak bangsawan, tetapi masuk dalam deretan orang-orang jet-set.
Saat statusnya masih kelas dua SMA, teori-teori fisika, kimia, matematika, elektro dan aerodinamik sudah ia kuasai. Bertumpuk-tumpuk hasil penelitiannya selama SMA, mulai dari rekayasa kimia dengan berderet-deret rumus yang ia padukan, analisa rambatan panas dalam teori fisika yang ia jadikan sebagai model kerja mesin temuannya, reaksi panas saat dua kutub magnet didekatkan yang perhitungannya ia gunakan dalam pembuatan komponen mesin elektro, modeling pesawat jet dengan perhitungan yang sangat rumit sampai pada perhitungan kecepatan gerak maksimal pesawat yang dihasilkan dari lebar sisi baling-baling. Semua itu ia tuliskan dengan sangat detail dan gambar yang sempurna. Subhanallah..!!! Saat ia tunjukkan dan terangkan semuanya itu padaku, benar-benar seperti ruang Tuhan yang sedikitpun tak pernah tergambar di kepalaku..
Dua tahun yang lalu, saat kudengarkan pemaparan Pak Habibie tentang rekayasa pesawat buatannya, maka malam ini sulit bagiku untuk tidak mengatakan bahwa Ar adalah sosok yang tidak kalah jenius dengan Pak Habibie.
“Tuhan punya kehendak lain..”
Ada kalanya, Allah ingin memberikan hikmah kepada hambanya lewat perantara hamba-Nya yang lain. Dan kita, kadang dijadikan Allah sebagai hikmah untuk orang lain; kehidupan kita dijadikan pelajaran oleh orang lain untuk berbuat atau tidak berbuat.
Ar, ia mengalami kecelakaan di penghujung kelas dua SMA-nya. Tempurung kepalanya pecah dari pelipis mata sampai ubun-ubun, ia mengalami gagar otak yang cukup parah.
Tidak satupun dokter yang yakin operasi dapat menolongnya. Namun, siapa yang tahu kehendak Tuhan..?? Setelah perjanjian antara pihak Rumah Sakit dengan orang tua Ar, akhirnya operasi dipilih sebagai ikhtiar terakhir. Operasi itu sukses, meskipun Ar harus mengalami koma untuk beberapa waktu, pada akhirnya ia bisa siuman..
Namun…
-Bersambung-
Kadipaten Kulon
Rabu, 28 Nov 2012