Aku yang hilang...

Aku hilang, dan tak pernah kutemukan diriku. Pernah ia datang sekejap, lalu menghilang. Dan tak ada waktu untuk aku mengenali bahwa itu adalah aku. Aku tak sadar, atau mungkin juga ia datang pada saat yang tak tepat. Lalu pertanyaanyaku "Apakah jiwaku memang ada yang hilang…??

Seperti halnya coretanku ini, aku pun tak paham. Aku tak melihat diriku menulis dengan benar-benar sadar. Hanya bahasa jari-jemariku, yang sering jauh dari makna. Kadang dibaca orang, namun anehnya mereka masih sempat berkomentar. Apakah mereka juga paham…??

Sering aku bertanya, dimana sebenarnya duniaku. Kadang aku ingin menjadi seorang akademis,seorang pemikir yang setiap detiknya selalu bergumul dengan tumpukan buku. Namun sering aku merasa bosan dengan semua itu. Ingin rasanya kutinggalkan dunia ilmiah, dunia kaku yang isinya hanya presentasi, debat, adu teori dll.. Pemikiran ini yang sering membuatku mentertawakan diri sendiri..!

Aku belum menemukan solusi; "Haruskah kutinggalkan dunia ilmiah ini..??"

Di detik berikutnya, aku penuh ambisi. Dunia menenggelamkanku dalam kubang materialisme; aku ingin menjadi pebisnis tingkat tinggi. Di sini aku sering terlena, mungkin karena tabiat manusia yang selalu merasa kurang puas. Bisnis, dalam pandangan sederhanaku merupakan dunia yang sangat sederhana. Jika dulu –dan masih sampai sekarang- aku begitu berambisi menggenggam dunia, maka kubangan ini yang kulirik, penuh harta dan iming-iming dunia. Ia begitu menantang, darinya aku dapat secara utuh memandang dunia, cukup mengedipkan mata lalu aku bisa yakin, bahwa aku tak harus lelah untuk mewujudkan ambisiku. Di sini, bahasaku adalah kecerdasan…!!

Kecerdasan..

Aku tak tahu apa sejatinya kecerdasan, lucu bukan..??.. Iya lucu..!!

Ia kupahami sebagai sebuah kekuatan berfikir, kekuatan analisa dan membaca peluang. Dan aku yakin, pada dasarnya semua orang mempunyai kecerdasan, namun banyak dari mereka mengingkari hal tersebut -tidak percaya-.

"Apakah materialisme adalah separuh jiwaku yang hilang selama ini…???".. aku tak tahu..!!!

Dan diriku selanjutnya, meskipun aku tak yakin separuh jiwaku ada di sana, yaitu 'tentang dia'..!!

Penyakitku, aku sadar betul ini adalah penyakitku. Aku juga tak tahu kenapa ia bisa begitu kuat ada padaku. Seperti tali yang ruwet, bahasa yang kugunakan ketika ia tak mau tunduk pada rasionalitas akalku. Untuk yang satu ini, kedatangannya sering kuanggap hiburan, karena ia nampak mengasyikkan. Banyak mereka yang datang dengan menawarkan pesona keindahannya, tapi sungguhpun aku terima, cukuplah untuk melengkapi senyumku di pagi hari saja. Untuk siang dan sore, 'ia' tak perlu lagi kupikirkan..

Indah bermain perasaan. Padahal aku sendiri juga tahu kalau aku tak akan memberikan mutiara berharga itu kepada siapapun. Aku tak akan pernah memberikan 'ia' sebelum cita-citaku terwujud..

Sudah tiga, dan sepertinya malam ini aku tak akan menemukan dimana separuh jiwaku berada..

Semoga saja esok hari, saat adzan subuh lembut menyadarkanku, aku akan temukan separuh jiwaku yang hilang..

Karena aku ingin baik, maka dengan cara apapun harus kutemukan separuh jiwaku..

Aku tidak ingin menjadi manusia aneh, meskipun penuh cinta..


CIIH, 11 Juli 2010.

Comments :

0 comments to “Aku yang hilang...”