Tips Pintar Menulis Fiksi

Banyak orang bilang menulis merupakan hal yang sangat sulit. Di samping membutuhkan kekuatan imajinasi, juga dibutuhkan kemampuan merangkaikan kata dan paragraf. Terlebih jika tulisan masuk dalam kategori ilmiah, berarti dibutuhkan kemampuan untuk membaca, menganalisa kemudian menyimpulkan masalah, sebelum kemudian muncul gagasan-gagasan baru sebagai bentuk pengembangan.


Alasan di atas tidak sepenuhnya salah, artinya memang dalam menulis tidak sekedar hanya merangkaikan kata tanpa makna, tetapi yang paling penting adalah bagaimana ide-ide maupun gagasan kita bisa tersampaikan kepada pembaca. Karena percuma jika menulis tanpa kejelasan maksud yang ingin disampaikan.


Pada hakekatnya, bahasa verbal tidak jauh berbeda dengan bahasa tulis. Keduanya membutuhkan gagasan utama atau ide pokok yang akan disampaikan. Oleh karena itu, jika seseorang menulis namun tidak ada gagasan utama, sama seperti orang yang berbicara namun tidak jelas 'jluntrung parane' (maksud dan tujuannya), dalam istilah Jawa modern dikenal istilah 'kenthir'..^,^


Pada coretan sederhana ini, kita akan berbagi tips bagaimana agar bisa dengan mudah menuangkan ide-ide ke dalam lembaran-lembaran kertas, notes facebook maupun blog.


Secara umum, tulisan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu fiksi, non fiksi dan semi fiksi. Perbedaan mendasar dari ketiganya dapat dilihat dari sifat tulisan, fiksi bersifat cerita khayal maupun rekaan, sedangkan non fiksi sifatnya nyata atau ilmiah. Untuk jenis semi fiksi, yaitu penggabungan antara fiksi dan non fiksi. Contoh semi fiksi yang sedang populer saat ini seperti Tetralogi Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata.


Tips menulis fiksi


Karena fiksi sifatnya adalah khayalan, maka yang pasti kita harus bisa menghayal. Nah, jika selama ini kita biasa menghayal, sebenarnya bakat dan modal untuk menjadi penulis fiksi handal sudah ada pada diri kita. Langkah selanjutnya tinggal mensistematisir khayalan tersebut..


Contoh khayalan:

"Menghayal 'sedang bersama Power Ranger berperang melawan monster...',. Langkah selanjutnya adalah mensistematisir khayalat tersebut menjadi sebuah cerita pendek yag menarik"


Seperti tertulis di awal, bahwa hal dasar yang harus dimiliki seseorang dalam menulis adalah ide ataupun gagasan utama. Dan dalam tulisan fiksi, ide ataupun gagasan utama ini tidak sulit untuk ditemukan. Karena secara apik ia sudah tersusun dalam otak.

Some text missing

Dan begitu seterusnya sampai akhir gagasan utama. Cara ini model yang paling mudah untuk mensistematisir kemampuan khayalan kita. Jika nanti sudah terbiasa memecah dan mengembangkan gagasan utama, maka dengan sendirinya kemampuan mengolah kata dan memberikan 'rasa' pada tulisan bukan lagi hal yang sulit.


So, berkhayallah yang berbobot, dan tuangkan dalam tulisan, karena pada dasanya tulisan yang bagus adalah yang bisa menginspirasi orang untuk melakukan kebaikan; sarat dengan muatan-muatan nilai yang membangun..


Good luck..!!!

;)

Untuk langkah menulis non fiksi, kapan-kapan yaaa..

Udah mau Jum'atan niee..

^o^


Read more >>

Untukku yang sering 'lupa'..

Perjalanan hidup manusia memang penuh liku, dari semenjak bayi ketika masih sering ngompol digendongan ibu, sampai masa SD ketika manja-manjanya, trus SMP ketika sudah mulai berfikir dan bernalar, SMA ketika sudah kenal dengan ‘cinta’, dan lebih kompleks lagi dengan bertambahnya usia..

Pelan-pelan sang waktu telah menggiringku melewati umur. Seperti baru kemarin aku didafarkan Ayah/Ibu ke SD, seperti baru kemarin juga aku masuk SMP, sampai tamat SMA dan memasuki bangku kuliah. Perlahan-lahan dan sangat tidak disadari, terlalu lama ternyata aku beralur dan berproses meninggalkan kepingan-kepingan sang waktu. . terlena dalam kekosongan dengan perencanaan yang tidak ada orientasi masa depan,.Semuanya serba tidak jelas dan hanya meninggalkan dua kepastian; rugi dan penyesalan..!

Kali ini aku ingin menasehati diriku sendiri, yang sering goyah terombang-ambing ego. Aku ingin mengetuk titik kesadaran, mengembalikan kembali semangat yang dulu pernah meletup-letup dengan sorot mata tajam penuh optimisme.

Untuk diriku yang sering lupa..!

Kawan, akan aku tunjukkan padamu..

Suatu ketika, di sore mankala matahari sudah hampir tenggelam di balik gunung sebelah barat, aku yang waktu itu masih kecil, diajak kakek memandikan kerbau di sungai pinggir desa. Selesai memandikan kerbau dan menunggu sore, kakek duduk di sampingku, pelan-pelan tangannya mengelus kepalaku sambil bilang “ Le putuku..(dalam B.Jawa) koe sok nek gede kudu dadi wong sing pinter ben iso numpak montor mabur, sekolahe sing dhuwur” (Le cucuku..kamu nanti jika sudah besar harus jadi anak yang pintar biar bisa naik pesawat, sekolah yang jauh!!)..

Kawan, tahukah kamu bahwa kata-kata singkat kakek itu seperti petir dengan ribuan volt yang sanggup meratakan gunung..??..Seperti gesekan arus-arus pendek saraf sensorikku, kemudian memantulkan neuron ke pupil mataku, dan dalam sekejap melambungkan anganku,..
Meskipun pelan, namun sampai detik ini, kata-kata itu masih terngiang-ngiang menjadi inspirasi dan motivasi dalam hidupku selanjutnya. Kata-kata itulah yang mampu menjagaku dari ujung malam sampai malam berikutnya untuk ingin selalu belajar.. Nasehat yang mengajariku bagaimana menghargai masa remaja ini, dan bagaimana mensikapi umur yang selalu berkurang..

Sekali lagi, untuk diriku yang sering lupa...!

Sadar tidak, bahwa kita termasuk manusia-manusia yang beruntung karena tidak pernah merasakan pahitnya kemiskinan..? Rata-rata kita dilahirkan dalam kecukupan, tidak pernah merasakan kelaparan, dan bisa sekolah bahkan dengan fasilitas yang lebih..

Kita jauh lebih beruntung dari seorang Lintang tokoh Laskar Pelangi, anak desa yang sangat miskin yang ke sekolah harus mengayuh sepedanya 80 km setiap hari. Atau dari Ikal, yang membiayai sekolah dengan menjadi buruh tambang. Atau dari tokoh ‘Rasus’ dalam 'Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk'-nya Ahmad Tohari. Atau mungkin dari tokoh ‘Maisaroh’ dalam 'Djazabnya Pesantren'. Bahkan dari Ahmad Syafi’i Ma’arif dalam 'Titik kisar Di Perjalananku', beliau yang sampai umur 39 masih kesulitan menghidupi keluarganya dan tidak mampu menyewa kontrakan sendiri untuk keluarganya.

Sekali lagi, untuk diriku yang sering lupa...!

Petakan masa depan yang masih sangat panjang ini. Ambillah ketegasan, akan kita posisikan di mana diri kita di antara teman-teman seperjuangan di SMA dan kuliah..?. Apakah kita hanya akan menjadi tokoh antagonis yang munculnya sekedar untuk menghibur dari ketegangan dan tidak membawa pencerahan, ataukah menjadi aktor utama yang datangnya membawa dan mengakhiri cerita???

Aku ingin lebih bijaksana memaknai masa remaja ini, masa kuliah yang sangat singkat dengan umur yang sangat terbatas. Karena setelah kedua masa tersebut berlalu, akan datang masa yang sudah tidak ada lagi batas toleransi dari sebuah teori sebab akibat; tidak bisa berarti tidak tahu, tidak tahu berarti bodoh, bodoh berarti ditinggalkan, ditinggalkan berarti tidak dipakai, tidak dipakai??..dibuang saja..!!!!

Orang tua pasti juga sudah jauh menuju senja. Konseplah masa depan ini selagi mereka masih ada. Agar mereka menyaksikan 'mutiara cinta'nya optimis menyongsong hari esok. Petakan kemana kita akan melangkah, tinggalkan aktifitas-aktifitas yang tidak bermanfaat, orientasikan dalam setiap langkah hanya untuk pengembangan diri demi sebuah impian dan cita-cita...

Sekali lagi, untuk diriku yang sering lupa...!
Bermimpilah., karena Tuhan pasti akan memeluk mimpi-mimpi kita..!

Kasih manusia sering bermusim,,sayang manusia tiada abadi,,
kasih Tuhan tiada bertepi,,sayang Tuhan janjinya pasti..(Raihan)


facebook's note, Saturday, February 6, 2010 at 11:34am

Read more >>

Santri Menggugat

Arsip facebook. Monday, January 18, 2010 at 9:49am
(A simple comment for Hartini Narsis's Note 'Pendidikan Islam di Pesantren')

Berbicara tentang pendidikan atau pada cakupan lebih khusus tentang kurikulum pesantren, sebenarnya suatu yang unik bagi saya. Sekitar awal 2004 ketika masih berstatus sebagai siswa Aliyah di sebuah pesantren, saya pernah membuat artikel yang judulnya "Santri Menggugat"..Latar belakang tulisan itu karena ada satu kejadian yang benar2 membuat saya shock; beberapa kawan dikeluarkan karena minum minuman keras alias mabok2an..!

Terus terang pertanyaan yang kemudian muncul di benak hati adalah 'Bagaimana bisa santri yang sudah dicekoki pendidikan agama secara intens 24 jam bisa menabrak hal yang jelas2 menjadi larangan agama???'..

Mungkin kebanyaan orang berfikir bahwa kejadian itu memang karena siswanya yang nakal. Namun alasan itu terus terang tidak sepenuhnya saya terima. Bukan alasan nakal dan tidaknya seseorang, namun bagaimana bisa sebuah institusi pesantren yang pendidikan agamanya diberikan intens 24 jam bisa kecolongan'?..'

Waktu itu saya berfikir bahwa jelas ada ketidak beresan dalam sistem pendidikan di pesantren. Dari beberapa perbincangan dan pengamatan, berikut beberapa titik poin yang saya bidik, antaranya:

1. Metodologi pengajaran..
Jika melihat kurikulum, apa yg disampaikan ke peserta didik sebenarnya sudah cukup standar, artinya kurikulumnya adalah perpaduan antara salaf basic education (kitab kuning dll) dan modern curiculum (ilmu2 umum). Tetapi hal yang sepertinya sepele, namun sebenarnya berpengaruh besar ke peserta didik adalah bagaimana metodologi tranfer ilmu berlangsung?..apakah hanya sebatas guru memberikan penjelasan dengan tujuan untuk menyelesaikan materi semata-mata, tetapi lupa atau mengesampingkan nilai2 spiritual dalam setiap pelajaran..?!

Jadi saya berkesimpulan, kebanyakan pengajar ketika membuka buku dan menjelaskan kepada siswa, hanya sebatas agar bagaimana siswa paham dan materi cepat selesai, tanpa memperdulikan nilai2 spiritual yg seharusnya lebih ditekankan selama mengajar. Karena sekali lagi, institusi ini bernama PESANTREN, yg visi dan misinya tentu jelas; menciptakan lulusan yang mempunyai keseimbangan antara iman, ilmu dan amal....!

2. Kekurang selektifan lembaga pesantren dalam penerimaan tenaga pengajar.
Di sini ada dua kemungkinan terjadi; pertama karena memang kurangnya calon guru yg berminat. Dan kedua, karena memang dalam seleksi, standar yang digunakan terlalu rendah; asal bisa menyampaikan materi, punya komitmen, dan bisa baca qur'an meskipun terputus2, bisa diterima..

Dan apa yang saya temukan waktu itu adalah justru poin terakir, yaitu standar yg digunakan dalam penerimaan tenaga pengajar terlalu rendah. Salah satu kejadian yg mungkin sebagai pembenaran dari statmen saya adalah, guru yang berkali-kali mati kutu di hadapan muridnya karena kesalahan membaca al Quran..!. Bukankah kemampuan membaca al Quran merupakan skil yg paling basic bagi seorang pengajar dalam institusi pesantren??..Belum lagi beberapa guru yang kemampuan bahasanya (Arab/ Inggris) sangat memperihatinkan..

Kekurang selektifan lembaga pesantren dalam menerima tenaga pengajar seperti kasus di atas, secara langsung mempunyai pengaruh yg besar terhadap siswa. Jadi wajar jika kemudian siswa mengalami syndrom malas hadir di kelas, mbolos pelajaran dll. Kejadian seperti ini yang berpotensi memberikan peluang bagi siswa untuk melakukan hal-hal negatif..dan ini yang sering terjadi!

3. Kurangnya kompetensi siswa.
Ada dua hal pada poin ini; pertama memang karena pengajar memberikan porsi yang minim bagi siswa dalam berkompetensi. Semuanya serba dilakukan guru, sehingga siswa hanya bengong (Jawa: NDOMBLONG) melihat sang guru menyikat habis materi tanpa adanya pancingan bagi siswa untuk berkompetensi (memberikan tugas ilmiah dl).

Hal kedua, yaitu minimnya alat2 peraga, laborat (observasi IPA & bahasa) juga menjadi faktor kompetensi siswa menjadi menurun bahkan mati. Daya kreativitas siswa yang meluap-luap, kemampuan intellegensia yang seharusnya mendapatkan tempat, karena tidak adanya fasilitas yang memadai dari lembaga, akhirnya mengendap dan menumpulkan/mematikan daya berfikir kreatif. Karena itu, kemudian banyak siswa yang mencoba mencari tempat pengembangan diri di luar sekolah, seperti kursus bahasa, training dll.

Dan ketika hal ini terjadi, tentu integritas lembaga pendidikan menjadi buruk, bahkan lambat laun bisa mati. Tentunya ini bukan teori kosong, karena jika titik vital lembaga pendidikan yang meliputi pengajar, metodologi pengajaran dan sistem belajar sudah kacau, tentu para orang tua akan lebih memilih menyekolahkan anaknya ke lembaga pendidikan yang lain yg dianggap lebih memadai.

Sangat mudah untuk dijadikan taruhan penilaia mutu bahkan integritas suatu lembaga, khususnya pesantren. Cukup dengan melihat kualitas outputnya, secara umum kita bisa menilai bagaimana kualitas lembaga pendidikan tersebut. Jika yang keluar dari lembaga pendidikan itu adalah manusia-manusia beragama namun tidak tahu agama (moralitas dan spiritual jeblok, intelektual NOL, kreatifitas mati) atau dengan kata lain tidak adanya keseimbangan antara iman, ilmu dan amal, bisa dipastikan republik ini sebentar lagi akan membuat undang-undang pelarangan pesantren..!!

Pada kesimpulannya adalah, harus ada revitalisasi pesantren yang diorientasikan pada penyeimbangan antara iman, ilmu dan amal. Atau dengan bahasa lain, integralisasi pendidikan yang berbasis spiritual basic dan ilmiah oriented..


Just a simple comment on something happen..
Read more >>

Manusia Langit; Debu dan Sejarah

Di sini, aku berdiri.
Kupandang langit, kupastikan di tanah mana aku sedang berada.
Sekejap kemudian aku terbang. Aku naik jutaan kilo meter dari titik aku berdiri tadi.
Aku terus naik meninggalkan bumi..
Sekejap, aku telah berada di antara jutaan benda-benda angkasa.
Aku berada jauh dari bumi.

AKu berhenti..di titik ini aku berhenti,
Dari sini, dari jutaan kilometer aku melihat bumi.
Dimana bumi tempat aku berdiri tadi??..semua benda angkasa terlihat bulat..
Dan sunguh aku tak bis membedakan mana bumiku.
Kemudian aku turun ratusan kilometer untuk melihat dimana bumi berada?..
Setahuku bumi itu berada diantara Venus dan Mars.

OOh..itu bumiku. Iya..aku yakin itu bumiku.
Lapisan atsmosfernya berwarna biru tua..
Sebagai pertanda bahwa di dalamnya ada udara..itu bumiku..

Kemudian aku duduk di sebuah batu pecahan meteorid.
Aku merenung..
Dari titik ini..
Aku berusaha mencari Indonesiaku...
Ah..sia-sia..karena yang terlihat hanyalah gumpalan tanah yang berwujud seperti bola..
Aku turun beberapa ratus kilometer untuk melihat di mana Indonesiaku..
Kali ini aku duduk di sebuah batu cincin Jupiter..
cahayanya berkilau-kilau..

Dari sini aku kembali mencoba mencari Indonesiaku..
Nah..itu dia, aku yakin Indonesiaku adalah warna biru bergaris putih itu..
Membentang..

Kemudian..
Aku mencari tanah dimana aku dilahirkan..
Pulauku hampir-hampir tak terlihat..
Hanya garis cokelat dan biru..tapi aku yaakin itu adalah pulauku..
Kupaksakan mataku untuk menyapu semua garis-garis itu,,
aku mencari desaku tempat aku dilahirkan.
Desaku..aku yakin pasti berwarna coklat tua.Karena konstruksi tanahnya adalah padang
rumput kering yang terlalu lama terkena panas musim kemarau..
Itu dia..aku yakin .

Kutarik nafas dalam dan panjang, kemudian kukeluarkan secara cepat..
Aku jauh di sini, jutaan kilometer dari tanah kelahiranku..
Perlahan-lahan kupejamkan mata..
Aku ingin mencari hakekat diriku..

Aku...
Kubayangkan aku sedang berdiri di desa itu, di salah satu lapangan belakang masjid.
Aku..sunguh tak terlihat..
Aku..sunguh hanyalah setitik debu yang sama sekali tak berharga..
Aku..berada di antara milyaran manusia yang sedang hidup di bumi.
Aku..teramat dan sangat kecil..
..
KONTRAS
..
Namun aku hidup di sana..
Aku bergerak..dan kecil sekali..

Kemudian aku bertanya..
Bisakah aku mewarnai dunia yang begitu sangat luas, padahal aku hanyalah
sebesar debu di titik itu??..
Atau, bisakah aku menjadi setitik cahaya, yang cahaya itu bisa terlihat
dari milyaran kilometer jauhnya??..
..
Ouh..aku terlalu kecil di sana.
Aku berada pada bentangan zaman.
Berada di bentangan sejarah.
JIkalau aku hanya diam,,jikalau aku terlena dengan sihir dunia, sihir
kemalasan dan santai-santai.
Sungguh aku hanya akan menjadi makhluk yang tidak pernah
tercatat dan diperhitungkan sejarah..
Aku hanya akan menjadi nisan,
dan tak 'kan ada orang mengenalku setelah 100 tahun kemudian..

Aku tak mau tertelan zaman...
Aku tak mau tertelan zaman...

Sesaat kemuaian aku turun ke bumi..
Aku kembali ke bumi..
Dan aku ingin berubah dan perubahan.
Read more >>

Mendialogkan Teks Agama Dengan Realitas Maslahat; Antara Ketundukan dan Pembangkangan

Tulisan ini saya tulis pada saat menjadi mahasiswa tahun kedua. Silahkan dibaca untuk mengetahui bagaimana "konyol"nya mahasiswa yang baru hangat-hangatnya bersentuhan dengan dunia kampus..sok yes..sok tau..dan sok sudah menguasai..hehe ;)

__________


Teks agama, diturunkan Allah tidaklah berada dalam ruang dan waktu yang kosong, artinya ada sesuatu yang melatarbelakanginya. Di kalangan ulama, latar belakang turunnya teks agama ini dikenal dengan istilah ‘asbabu nuzul’ untuk teks al Quran, dan ‘asbabu wurud’ untuk teks hadis. Ini menunjukkan dan sekaligus sebagai bukti, bahwa ajaran Islam diturunkan dengan tidak mengabaikkan realitas sosio-kultural masyarakat, dan sebagai jawaban dari problematika yang muncul dan berkembang.

Islam sebagai ajaran Allah diturunkan untuk menjaga maslahat manusia di dunia dan akherat. Adanya konsep keseimbangan tersebut, secara langsung Allah telah mengisyaratkan, bahwa pada dasarnya tidak ada permasalahan dunia yang tidak terselesaikan, dan tidak ada teks agama [baca: al Qur’an dan sunah] yang bertentangan dengan kemaslahatan manusia. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, bisakah teks agama yang sifatnya sangat terbatas tersebut bisa menjawab berbagai persoalan dan maslahat manusia yang tidak terbatas??..

Dengan berakhirnya masa wahyu dan kenabian, yaitu dengan meninggalnya Rasulullah SAW., berakhir pula teks agama yang diturunkan Allah kepada manusia. Ini merupakan kenyataan bahwa teks agama sifatnya sangat terbatas. Sedangkan bentangan zaman dan problematika umat manusia masih akan terus berlanjut sampai hari kiamat. Hal ini yang kemudian menuntut para ulama untuk terus melakukan inovasi, yaitu upaya-upaya penggalian hukum dari teks agama untuk menjawab berbagai persoalan umat.

Seiring dengan perkembangan zaman dan pesatnya ilmu pengetahuan, teks agama berada dalam ruang dan waktu yang terus menuntut dinamisasi hukum. Ini sebagai konsekwensi logis dari keterbatasan teks agama dan singgungannya dengan realitas, juga tangung jawabnya sebagai pembawa kemaslahatan. Oleh karena itu, dua model penyelarasan yang mutak dilakukan adalah penyelarasan antara teks dengan realitas [baca: teks --> realitas] dan realitas dengan teks [realitas --> teks].

Dua model pembacaan dan penyelarasan (teks --> realitas dan realitas --> teks) mutlak harus dilakukan, karena tidak jarang pemikiran sekuler yang menggunakan postulat-postulat sempit dan banyak menyalahkan dan menganggap bahwa teks agama tidak sesuai dengan perkembangan zaman dan tidak membawa maslahat. Dua model pembacaan di atas mutlak dilakukan agar tidak selalu menjadikan realitas atau apa yang dianggap kemaslahatan sebagai ukuran dan patokan terhadap kebenaran teks agama.

Sebagai contoh pemikiran yang menjadikan realitas sebagai patokan diantaranya, munculnya pemikiran bahwa homosex dan lesbian merupakan hal yang boleh dilakukan karena merupakan hal yang sifatnya given. Ada lagi yang mengatakan bahwa moralias atau halal haram bukanlah suatu yang given dari Allah, dan manusia bisa merubahnya berdasarkan kemaslahatan.


Maslahat…?

Dengan dijadikannya realitas sebagai patokan kebenaran teks agama, maka manusia hanya akan lebih menggunakan dalih kebebasan demi ‘kemaslahatan’ dan pertimbangan bahasa akal dari pada bahasa iman. Hal ini sangat berpotensi memunculkan berbagai keragu-raguan terhadap teks agama yang nantinya akan berujung pada penghalalan yang haram dan pengharaman yang halal. Maka jika hal yang sifatnya sangat krusial fundamental saja diragukan dan bahkan disalahkan, dan agama pada hakekatnya adalah ‘kepercayaan dan keyakinan’, maka tidak ada gunanya lagi beragama. Karena beragama tanpa mempunyai kepercayaan dan keyakinan sama saja bohong.

Pembahasan tentang bagaimana teks agama bisa menjadi solusi dari setiap problematika manusia di setiap masa dan tempat, dan pembahasan tentang benturan antara teks agama dengan realitas yang membawa kemaslahatan, sebenarnya merupakan perdebatan klasik dan sudah sejak lama para ulama membicarakannya. Kajian tentang hal tersebut terangkum dalam kajian ilmu usul fikih dan berbagai cabang ilmu lainnya, seperti ilmu tafsir dll.

Secara logis, dengan adanya perkembangan dan semakin bertumpuknya problematika manusia, maka bukan suatu yang ganjil jika dengan bergantinya masa dan tempat, berganti pula corak hukum yang diterapkan. Pergantian corak hukum dalam hal ini tidak dimaksudkan menghalalkan apa yang diharamkan Allah atau sebaliknya, karena pada dasarnya ada ketentuan hukum dari Allah yang bersifat konstan atau tetap dan tidak akan mengalami perubahan sampai hari kiamat. Tetapi yang dimaksud dengan pergantian corak hukum di sini adalah hukum yang sifatnya temporer (tidak konstan) dan penerapannya berdasarkan realitas masyarakat, dalam bahasa usul fikihnya hukum-hukum ini bersifat ‘ijtihadiy’.

Hukum-hukum yang sifatnya konstan ini misalnya: keharaman minuman keras, judi, zina, liwath (penyimpangan sexual: homo, lesbi), keharaman menikahi mahram, dll. Sampai hari kiamat tiba, ketetapan dan ketentuan Allah terhadap hukum yang bersifat konstat ini tidak akan pernah mengalami perubahan. Dan jika ada pemikiran yang mengatakan bahwa hukum-hukum tersebut bersifat temporer dan bisa berubah-rubah berdasarkan maslahat dan tuntutan kebutuhan manusia, maka secara pasti dapat dikatakan bahwa maslahat tersebut pada dasarnya bukan maslahat, melainkan hanya hawa nafsu manusia saja. Dan pemikiran tersebut bila diyakini kebenarannya, maka jelas-jelas menyalahi ketentuan Allah, merekalah tipe-tipe manusia-manusia pembangkang yang sesat dan menyesatkan.

Karena pada dasarnya, seperti di awal tulisan, bahwa teks agama diturunkan demi dan untuk kemasahatan manusia. Dengan adanya teks-teks agama yang sifatnya konstan, itu berarti agama sedang menjalani fungsinya untuk melindungi manusia dari kehancuran. Misalnya, agama membuat pagar-pagar moral, ketika hal ini ditabrak, maka yang terjadi pasti kerusakan dan kehancuran suatu masyarakat. Dan inilah konsep dasar MASLAHAT dalam Islam. Maslahat yang tujuan utamanya sebagai pembangun masyarakat dan umat, baik dunia maupun akherat.

Penting dan perlu untuk difahami secara benar, karena salah pembacaan dan pemahaman tentang hubungan teks agama --> realitas maslahat, akan mengakibatkan pola pengamalan ajaran agama yang salah. Dan pemahaman ini juga harus dipahami secara mendasar oleh pengusung atau kaum literalis [baca: teks oriented} agar dalam mengamalkan ajaran Islam tidak kaku dan cenderung mengeluarkan statmen-statmen pengkafiran kepada orang lain.

Ending..

Syariat ada untuk manusia, ketika bisa menjawab realitas zaman dan menjaga maslahat dia harus dipertahankan. Tetapi ketika tidak sejalan lagi dengan realitas zaman dan maslahat yang ada, berarti harus ada ijtihad kembali untuk menselaraskan syariat dan realita, karena sekali lagi bukan syariat ketika sudah tidak bisa menjaga maslahat dan tidak sesuai dengan realita.

Menukil perkataan Ibnu Qayim dalam al-i'lam “Sesungguhnya syariat pondasi dan asasnya dibangun di atas maslahat manusia, yaitu maslahat untuk kehidupan dunia dan akherat. Dengan prinsip dasar keadilan, rahmat, maslahat, maka setiap perkara yang keluar dari keadilan, rahmat, maslahat, berarti bukan syariat.”

Dan sekali lagi, bahwa maslahat yang dimaksud dalam Islam adalah apa yang tidak berbenturan dengan nash-nash KONSTAN. Dan yangng bisa mengalami perubahan adalah hukum-hukum yang sifatnya IJTIHADY, bukan hukum yang bersifat KONSTAN atau TETAP.
Tidak ada pembenaran dalam ajaran agama untuk merubah yang KONSTAN menjadi TEMPORER atau yang HARAM menjadi HALAL dan sebaliknya..


Nb. Janganlah kita menjadi manusia-menusia pembangkang di hadapan Allah. Dengan mengatas namakan agama, kebebasan, hak asasi kemudian menabrak semua aturan Langit yang sudah baku...Dengan menjadi interlektual sekuler-liberal yang menabrak hukum-hukum Allah, pada dasarnya dia telah melakukan berbuatan yang sia-sia..karena mati itu pasti, dan akan dimintai pertangung jawaban terhadap apa yang pernah dilakukan.....!!



* Student university of Politic and Law.
Read more >>

Pesantren Mu’allimin; Sekolahnya Para Dukun....!!!

Di suatu sore, pertengahan Februari 2001, terjadi percakapan antara seorang Ibu dengan anak laki-lakinya.

Emak: “Nak..setelah lulus SMP, kamu tak masukin pesantren aja yaa..???”

Kahfi: “Haah..pesantren.....??!!!??..amit-amit deh Ma’, pliss aku nggak mau masuk pesantren..!!”.

Emak: “Lhoo..kalo kamu ndak masuk pesantren, kami bisa jadi penjahat seperti teman-teman SMA yang lain..??”

Kahfi: “Lha emang Mama bisa jamin kalau aku masuk pesantren ndak akan jadi penjahat..??”

Emak: “Wis terserah, tapi Mama nyaranin, kamu masuk pesantren aja..!!”

Kahfi: “Yaa nanti tak pikir-pikir dulu Ma..Eh..tapi ngomong-ngomong nama pesantrennya apa..??”

Emak: “Gontor..!!!”

Kahfi: “Whaaat..yang santrinya sering digebukin pake rotan itu..??”

Emak: “Iya kalo nakal dan melanggar, kalo tidak yaa ndak digebuki..”

Kahfi: “Emooooohh....!!!”

Pada dasarnya, kata ‘pesantren’ memang tidak pernah masuk dalam kamus hidupku. Apalagi jika aku harus nyantri di dalamnya. Selama ini yang selalu hinggap di kepalaku adalah SMA jurusan IPA. Tapi sungguh menyedihkan, suatu sore Emak menyebut istilah baru itu di depanku; ‘PESANTREN’.

Persepsi yang ada di kepalaku, bahwa pesantren adalah tempat yang angker, tempat belajarnya para dukun. Di sana diajarkan ilmu-ilmu yang sungguh tak rasional, seperti mantra-mantra pemikat, santet, pengasihan dan kekebalan. Padahal, selama ini dari majalah Bobo yang kupelajari, hal-hal tersebut bertentangan dengan nilai-nilai ilmiah, bahkan termasuk syirik, dosa yang paling bangkotan dalam agama. Oleh karena itu, aku kembali menanyakan ke Emak perihal keseriusannya untuk memasukkan aku ke ‘sekolah para dukun’ itu..

“Iya..Mama serius kok Nur..!!”

Oh my God, aku ternyata dipersiapkan Mama untuk menjadi dukun..hiks..!!

Setelah percakaanku dengan Emak, hari-hari selanjutnya aku mulai banyak mengumpulkan informasi tentang pesantren dan kepesantrenan. Dan bagiku, tetap tak ada yang positif di dunia pesantren itu, karena jawaban yang kudapat pasti tidak jauh dari rotan, rendam, tampar, tendang, dan berbagai hukuman yang sungguh tidak manusiawi. Terlebih lagi, ada beberapa temanku yang alumni pesantren, namun di pasar dia malah menjadi tukang pembuat tato..ckckck..Inikah yang diinginkan Emak dari anaknya..??? Aya-aya wae si Emak..!!

...

******************

Aku: “Ma,,nil lhoo lihat, nilai UAN-ku bagus-bagus..karena itu, aku pingin sekolah ke SMA yang favorit di Solo..!!”

Emak: “Kamu milih di Solo apa Jogja..???”

Aku: “Wah..yang di Jogja pesantren bukan..???”

Emak: “Bukan,,namanya Aliyah..”

Aku: “Ooo..boleh-boleh..kalau gitu nanti aku lihat dulu ke tempatnya”

Emak: “Ndak usah, langsung aja daftar, soalnya sudah mau tutup. Itu anak gurumu PPKN juga ada yang sekolah di sana...!!”

Aku: “Haah..siapaa...???”

Emak: “Ita Purnamasari...seangkatan bareng kamu, tapi dia sudah di Jogja sejak SMP.”

Aku: “Wah..iya..iya aku sekolah ke Jogja aja...”

Setelah mencari nama sekolah itu, kemudian aku menelpon untuk syarat-syarat pendaftaran dan materi tes masuknya.

Aku: “Selamat pagi Pak, benar ini Mu’allimin Muhamamdiyah Yogyakarta??”

Mr. X: “Wa’alaikum salam..iya ini dengan Pesantren Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta”

Aku: “Haaaah....tolong bisa Bapak ulangi nama sekolah ini..!!?”

Mr. X: “Pesantren Mu’allimin Muhamamdiyah Yogyakarta..”

Aku: “Pesantren Pak yaaaa..???”

Mr. X: “Iya Mas, pesantren..!!!”

Aku: “(Dengan suara pelan, kulanjutkan pertanyaanku) Pak, bisa minta informasi tentang materi tes untuk masuk ke SMA..?”

Mr. X: “Syarat utama harus bisa baca Qur’an Mas..!!”

Aku: “Haaah..baca Qur’an..???”

Mr. X: “Iya, baca Qur’an..Apalagi Mas kan mau masuk Aliyah..”

Aku: “Materi ujian yang lain Pak..?”

Mr. X: “Bisa lulus ujian bahasa Arab..!!!”

Aku: “Haaah..bahasa Arab..???..hadoooh..Okelah Pak, nanti saya hubungi lagi. Selamat siang..!”

Mr. X: “Wa’alaikum salam...!!”

Hihihihi...jelas sekali perbedaan di percakapan antara orang yang berperadaban dengan manusia jahiliyah...ckckck..

Uuuh..aku sungguh merasa ditipu oleh Emak. Emak bilang itu bukan pesantren, tapi ternyata pesantren. Tapi ndak apa-apa, demi menyenangkan hati Emak, aku akan ikut ujian di ‘sekolah dukun’ itu. Sekalian jalan-jalan ke Jogja...hehe..^-^

Malam harinya, aku kembali mengingat-ingat materi tes’nya. Harus bisa baca Qur’an dan bisa berbahasa Arab..!!

Whaat...al-Qur’an..??

Aku dulu pernah ikut TPA di kampung, tapi terpaksa harus keluar karena hampir sebagian besar santri tidak mau berangkat TPA kalau ada aku. Alasan mereka sederhana, takut ditendang dan dipukul oleh Kahfi...!!!!..ckckckck...

Akhirnya, aku ‘murtad’ dari TPA ketika baru sampai Iqra’ 3. Karena itu, hari ini aku mencoba membuka kembali ‘kitab suci’ yang sudah lama tak pernah kusentuh. Pertama kubuka, kepalaku sudah pusing karena aku benar-benar sudah tidak bisa membedakan lagi antara ‘alif’ dan ‘lam’..huuf..

Jika Emak melihatku, aku selalu berpura-pura mempelajari Iqra 3. Namun suatu hari, karena aku ingin bergaya sok sudah bisa membaca al-Qur’an, dengan PD kutentang al-Qur’an ke dapur agar gaya bacaku bisa didengarkan oleh Emak... Dasar sial, sudah melantunkan bacaan, ternyata ditegur oleh Emak “Nur..iku al-Qur’anmu kebalik..!!! ckckcckckck....isiineeee pooooolll....ckckck...ternyata cara pegang Qur’anku kebalik..

**************

Terus bagaimana dengan materi bahasa Arab yang juga menjadi materi tes..??

Wah, kalau itu benar-benar ndak terpikirkan. Sementara ini aku hanya ingin formalitas saja mengikuti tes, alasan utamaku karena ingin jalan-jalan ke Jogja dan ingin memuaskan hati Emak..hihi..

Hari Tes Masuk Pesantren..

Pagi itu, sekitar pukul 08.00 aku sudah sampai di lokasi tes, Pesantren Mu’allimin Muhamamdiyah. Karena tes akan dilaksanakan pukul 09.30, aku menyempatkan diri berbincang-bincang dengan satpam (belakangan tak ketahui satpam itu adalah Pak Agus).

Aku: “Pak, di pesantren ini diajarkan ‘ilmu’ apa saja..??”

Pak Agus: “Wah, banyak Dik, hampir semuanya ada, lengkap..!!”

Aku: “Ooooo...githu yaa Pak..” (Dalam hati: “wah berarti memang ini sekolahnya para dukun yang paling ampuh di Jogja..!!)

Tak lama setelah perbincangan kami, tiba-tiba ada seorang yang berjenggot panjang sedang memasuki gerbang sekolah. Dalam hati aku berkata “Ini diaa niii dedengkotnya dukun di sini..pasti dia sudah pernah ikut dalam team pemburu hantu di Indosiar..!!!” ckckckc....

Jam masuk untuk tes’pun dimulai. Gedung tempat aku test berada di gedung timur yang menghadap ke barat. Sebelum lembar tes dibagikan, ada pesarta yang datang terlambat, dia nylonong saja duduk di sampingku. Penampilannya serem karena menggunakan jubah besar. Belakangan kuketahui namanya Muhamamd Sholeh, asli Madura.

Detik-detik menjelang lembaran dibagikan amat menegangkan. Dari bau bangunan yang kutempati ini, sepertinya aroma magic-nya kental sekali. Aku yakin, bangunan ini sering digunakan praktek para santri untuk memburu hantu..ckckck..dasar sekolah para dukun..!!

Dan alangkah terkejutnya aku ketika menyaksikan orang yang membagikan kertas lembaran tes. Orang itu adalah ‘dedengkot para dukun’ yang kutemui di gerbang tadi. Jenggotnya yang panjang dan tak beraturan benar-benar membuatku syok untuk mengikuti ujian. Aku yakin, meskipun ia sedang duduk di bangku depan, tapi pada dasarnya ia mempunyai indera ke enam atau telepati untuk bisa mengetahui siapa yang mencontek di ujian ini.. Bahkan aku punya pikiran, ia menyuruh jin untuk mengawasiku dari balik pinggangku... Wah, benar-benar sakti si jenggot ini, tanpa kusadari, mentalku ciut membayangkan ada jin yang berada di belakangku...!!!

******************

Setelah ujian tulis, kemudian dilanjutkan wawancara. Lokasi gedungnya masih sama, hanya saja ruangannya sudah berbeda. Ketika aku memasuki ruangan itu, aku disambut oleh foto orang tua yang memakai topi sorban, tergantung di tembok menghadap ke barat. Sambil berjalan mendekati penguji, aku terus memperhatikan wajah kakek tua itu. Lama-lama aku benar-benar merinding. Aku benar-benar yakin, kakek itu adalah dukun yang ilmunya paling sakti di sini, dan kesaktiannya melebihi si jenggot panjang tadi. Sampai di sini, ingin segera kumengangkatkan kaki dari pesantren ini. Benar-benar penuh mistik..!!!

Dua orang yang duduk di hadapanku masih sangat muda. Mereka memperkenalkan diri, yang sebelah kanan namanya Bapak Muhammad Ikhwan Ahada, sedangkan sampingnya adalah Bapak Malik..

Pak Ikhwan: “Mas Kahfi, dari mana asalnya..??”

Aku: “Dari Solo Pak..!!”

Pak Ikhwan: “Heem..Solonya mana..??”

Aku: “Ke selatan kurang lebih 1 jam..”

Pak Ikhwan: “Ooo...Oke, tahu informasi tentang sekolah ini dari siapa..??”

Aku: “Dari Emak..”

Pak Ikhwan: “Mas Kahfi serius ingin sekolah di sini..??”

Aku: “(Dalam hati: “Mit-amit..sorry yee..gue kagak mau jadi dukun”)”Iya Pak...”

Pak Ihhwan: “Mas Kahfi merokok..???”

Aku: (Karena aku yakin sekolah ini tidak akan menerima muridnya yang merokok, maka dengan tegas aku menjawab) “Iya Pak, saya perokok berat sejak SMP..”

Pak Ikhwan: “Ooo..iya tidak apa-apa, asalkan nanti kalau diterima di sini, merokoknya harus berhenti yaa..!!”

Sambil meninggalkan ruangan, kuperhatikan lagi foto dukun sakti bertopi sorban yang tergantung di tembok. Di bingkai tertulis Kyai Haji Ahmad Dahlan..!! Wah, benar-benar sakti, gelarnya saja sudah Kyai, pasti punya jin banyak banget nie orang..ckck...dasar sekolah dukun..!!!

*******************

Hari ini semua urusan di sekolah ini sudah selesai. Dan aku tidak menanyakan kapan pengumuman penerimaan siswa yang lolos tes. Karena jelas, keinginanku hanyalah ingin memuaskan Emak yang berambisi anaknya masuk pesantren.

Sebelum meninggalkan area sekolah, aku menyempatkan melihat-lihat aktifitas siswanya. Dalam hati aku berkata “Ah, lihat-lihat calon dukun yang sedang belajar ilmu kebal aaahh... Atau siapa tahu mereka sedang belajar ilmu memburu hantu..ckckc”

Namun, belum sempat niatku itu terlaksana. Di depan masjid aku bertemu lagi dengan si-jenggota panjang. Aroma mistiknya mengurungkan niatku untuk berjalan berseberangan, sehingga kuputuskan untuk segera meninggalkan sekolah angker ini.. Good byeee...^-^ .

*****************

Takdir Tuhan

Setelah beberapa waktu aku sibuk menuruti keinginan Emak untuk masuk di pesantren, kini saatnya aku untuk mendaftar di sekolah impianku, sekolah terfavorit se Solo. Akhirnya kutelpon pihak sekolah. Dan dengan nada optimis, aku membuka percakapan..:

Aku: “Selamat siang, benar ini SMA 1 Surakarta..??”

Mr. X: “Iya benar, ini dengan siapa dan apa yang bisa kami bantu..??”

Aku: “Pak, saya mau mendaftar, kira-kira kapan tes masuknya..??”

Mr. X: “Wah, maaf Dik, untuk pendaftaran sudah ditutup sejak dua hari yang lalu...!!”

Aku: “Haah..kok bisa Pak, bukannya di brosur terakhir masih 6 hari lagi...?”

Mr. X: “Iya benar, tapi karena dua hari yang lalu sudah penuh, yaa akhirnya ditutup..”

Aku: “Ooo..terus ada gelombang dua ndak Pak..??”

Mr. X: “Sekolah ini tidak pernah membuka pendaftaran gelombang dua Dik..”

Aku: “Lha berarti saya sudah tidak bisa daftar donk Pak..??”

Mr. X: “Ndak bisa Dik, sudah tutup...^-^”

Aku: “Oooo yaa sudah, terima kasih Pak...”

Sambil kuletakkan gagang telepon, air mataku menetes. Aku menangis tersedu-sedu karena salah satu impianku telah sirna melayang termakan oleh ambisi Emak...hikss..Aku benar-beanr marah sama Emak...Aku juga benci pesantren....!!!

Sejak saat itu, aku tak pernah lagi tidur di rumah. Aku lebih memilih menangis di rumah kakek, duduk sendiri di pinggir sumur. Aku sungguh-sungguh menyesali kebodohanku menuruti kemauan Emak.. Jiwaku saat itu penuh kebencian. Aku benar-benar muak, sampai-sampai kuputuskan untuk tidak mau lagi kembali ke rumah.

Melihat hobi baruku yang sering menangis di bibir sumur, akhirnya kakek menutup sumurnya dengan seng yang ditali kawat. Ketika kutanya kenapa kok ditutup, jawaban kakeku sederhana: “Agar kambing tetangga tidak kecemplung sumur..” (Hihihihih..)

Akhirnya pada suatu hari, aku kehabisan pakaian ganti. Maklum karena seorang pelarian dan tak sempat membawa pakaian ganti, itu artinya aku harus kembali ke rumah untuk mengambil pakaian. Kuatur siasat agar kedatanganku ke rumah tidak diketahui orang rumah. Kuputuskan untuk memilih hari Sabtu pagi. Karena pada hari itu, Emak pasti ke pasar dan diantar Bapak.

Dalam perjalanan ke rumah, aku sudah mengatur rencana. Nanti kalau sudah berhasil mendobrak masuk, aku ingin memecahkan piring biar terkesan ada pencurian..hihihi..

Sambil mengendap-endap, aku memastikan rumah dalam keadaan kosong. Seperti biasa, pasti pintu belakang tidak dikunci. Setelah kupastikan rumah dalam keadaan kosong, dengan santai aku masuk ke kamar. Secara cepat kumasukkan pakaianku ke dalam sarung dan kuikat, persis seperti orang yang diusir dari kampung karena maling ayam..hihi..

Namun, ketika aku sedang asik memilih-milih pakaian, pintu kamarku tertutup secara cepat dan keras “DooR.rr...”. Aku ‘misuh’ sejadi-jadinya karena kaget. Ketika pintu itu ingin kubuka kembali, ternyata tidak bisa karena sepertinya sudah terkunci. Aku duduk termenung memikirkan ide keluar. Namun, saat aku sedang khusyu berfikir, pelan-pelan namun kemudian menggelegar, kudengar suara orang tertawa sejadi-jadinya dari luar pintu...

Whaaaaaatttt.....ternyata suara orang ngakak itu adalah suara Bapak dan Emak...!@@#@$@$@%@!!##

Oh nasiib...apes bener pelarianku ini..My God....!!!!

*********************

Bersambung..



(Potongan mozaik hidupku.,Ketika Mu'allimin mewarnai dan membentuk pola pikirku.. ^_^
8 dari 70 halaman.)

Read more >>

Pendidikan Indonesia; Ambisi Kekuasaan dan Pendidikan berbasis Kerakyatan

Indonesia dalam perjalanan sejarahnya pernah menjadi negara yang diperhitungkan dunia. Salah satu negara yang pernah mendapat julukan "Macan Asia" sekitar tahun 80-an, tetapi kini harus menerima kenyataan bahwa julukan itu sudah sudah tidak layak. Kenyataan ini tidak bisa kita pungkiri, dengan potret buram TKI kita yang disiksa di luar negeri, seakan-akan sudah menjadi hal biasa untuk dijadikan pemberitaan di TV ataupun surat kabar, baik dalam dan luar negeri. Bahkan berita adanya penyikasaan dan pembunuhan TKI di luar negeri-pun jarang sekali menjadi head line.

Dalam dua dasawarsa terakhir, bangsa Indonesia mulai kehilangan taringnya di hadapan bangsa-bangsa lain. Hal ini karena mutu manusia-manusia Indonesia tidak bisa bersaing di dunia internasional. Merosotnya sumber daya manusia Indonesia ini memunculkan berbagai pertanyaan dan analisa, diantaranya mereka yang menyorot kemerosotan ini karena sistem pendidikan yang carut marut, rezim kekuasaan dan lain sebagainya.

Otoritas Kekuasaan dan Sistem Pembodohan Rakyat

Secara arif diakui bahwa penyebab dari kemerosotan sumber daya manusia Indonesia ini adalah karena carut marutnya sistem pendidikan di Indonesia yang mengakibatkan pembodohan terhadap rakyat. Sistem pendidikan di Indonesia berganti-gati mengikuti rezim kekuasaan, sehingga terjadi kebingungan di pihak penyelenggara pendidikan untuk mengambil visi dan misi sebagai orientasi pengajaran. Ketidak jelasan visi dan misi merupakan hal yang sangat vatal, karena selain mengaburkan orientasi goal-goal yang akan diperoleh, juga visi dan misi sangat menentukan out put dari peserta didik.

Peradaban selalu dibangun di atas ilmu, itu artinya pendidikan merupakan pondasi dasar sebuah peradaban. Kekacauan yang terjadi dalam pendidikan Indonesia, bisa dijadikan taruhan dari eksistensi bangsa ini. Karena globalisasi yang masuk ke segala line keahidupan, dibutuhkan manusia-manusai yang mampu bersaing, mereka yang mempunyai SDM unggul, sedangkan manusia-manusai Indonesia tetap dalam kukungan ketidakjelasan mengikuti ambisi penguasa.

Pendidikan, secara umum menjadi tangung jawab negara. Konstitusi membebankan tanggung jawab mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan nasional kepada pemerintah. Tetapi kenyataannya, kinerja negara dalam mendukung pendidikan dasar masih sangat masih rendah. Bahkan dalam sejarah bangsa ini, negara pernah menjadi momok yang bertanggung jawab atas pembodohan terhadap rakyatnya sendiri. Dan fenomena in berlanjut sampai sekarang.

Pendidikan yang sebenarnya diorientasikan untuk mengembangkan daya nalar kritis, pernah dipasung oleh rezim yang begitu takut terhadap demokrasi demi memuruti ambisi kekuasaannya. Bahkan parahnya, sistem pendidikan seakan-akan menjadi alat para penguasa untuk memperbudak rakyatnya sendiri dengan mengontrol secara ketat materi-materi pengajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. "Rakyat boleh pintar tapi tidak boleh kritis", kata-kata yang pernah terucap oleh Ali Murtopo, yang begitu tiran menjadi penyokong rezim orba era 80an.

Karena itu, carut marutnya pendidikan di Indonesia, kita tidak bisa serta merta menyalahkan pengajar atau guru atau peserta didik saja. Karena secara struktural mereka berada dalam garis mandat dengan kurikulum yang dikontrol oleh rezim kekuasaan yang berlaku. Bahasan rumit ini diterjemahkan oleh rakyat secara sederhana bahwa setiap berganti menteri, ganti pula sistem pendidikannya. Ganti sistem, ganti pula kurikulum. Ganti kurikulum, ganti bahan ajar.

Banyaknya gedung sekolah yang sudah tidak layak pakai, bahkan ada yang sampai roboh, para guru yang bekerja sambilan sebagai tukang ojek, gaji guru honorer yang belum diberikan walaupun sudah bertahun-tahun mengabdi, ini mengisyaratkan kalau bangsa ini biarpun sudah beberapa kali terjadi pergantian pemimpin, tetap tidak adanya keseriusan pemerintah dalam menyelesaikan masalah pendidikan ini. Janji penguasa hanyalah janji yang tak lebih dari sekedar kebohongan sebagai bumbu penyedap.

Komersialisasi Pendidikan

Ada satu fenomena yang menarik dalam dunia pendidikan Indonesia, yaitu terjadinya komersialisasi pendidikan. Dengan mendirikan sekolah berlabel “sekolah terpadu” atau dengan label yang lain, pihak sekolah menarik biaya sekolah yang sangat tinggi. Sehingga yang bisa menyekolahkan anaknya ke sini hanyalah mereka kalangan ekonomi atas. Dan sekarang, dengan dukungan dari negara, sekolah-sekolah “ber-merk” ini sudah banyak kita jumpai di Indonesia.

Dalam hal ini, negara sebagai pihak penyelengara pendidikan, secara langsung telah ikut andil dalam menciptakan kesenjangan dalam dunia pendidikan rakyatnya. Kenyataan ini juga mengisyaratkan bahwa negara sebagai institusi penyelenggara pendidikan telah “berkhianat” terhadap rakyat. Karena jelas undang-undang dasar mengatakan bahwa seluruh rakyat Indonesia berhak memperolah pendidikan dan pengajaran yang sama.

Dengan demikian, berdirinya sekolah ber-merk tersebut, hak mendapatkan pendidikan yang bermutu bagi rakyat bawah hanya sekedar angan-angan saja. Meskipun tidak jarang dan bahkan banyak kita jumpai anak yang secara ekonomi tidak mampu tetapi memiliki bakat atau kecerdasan yang luar biasa. Dan mereka hanya bisa mendapatkan pendidikan di sekolah yang bangunanya sudah miring dengan fasilitas yang sangat terbatas.

Solusi

Dengan membaiknya iklim demokrasi di Indonesia, sejatinya adalah jalan lebar untuk membuat trobosan-trobosan baru dalam dunia pendidikan, seperti pemetaan sistem pendidikan Indonesia yang sekarang masih belum jelas, peningkatan kemampuan pengajar dan menejemen pengelolaan pendidikan. Hal ini di lakukan untuk lebih memberi kesempatan terhadap penyelenggara pendidikan agar lebih fokus terhadap visi dan misi sebagai orientasi pelaksanaan pendidikan. Sehingga dari sini, out put dari lembaga pendidikan bisa dinilai secara objektif.

Namun yang lebih penting adalah penyelenggaraan pendidikan berbasis kerakyatan, adalah pendidikan yang tidak komersil dengan orientasi untuk pengembangan sumber daya manusia. Atau dengan istilah lainnya adalah pendidikan yang memanusiakan manusia; pendidikan ini dilaksanakan secara merata kepada rakyat dengan menyamakan kualitas lembaga pendidikan. Langkah ini tidak bisa ditempuh kecuali adanya penambahan anggaran pendidikan dari pemerintah, sehingga tidak ada lagi sekolah yang secara kualitas dan biaya masih ber-merk.

"fallacy of retrospective determinism". Kesalahan berpikir yang hanya memahami suatu keadaan sosial sebagai kenyataan yang sudah seharusnya terjadi. Semoga bangsa Indonesia tidak memahami keterpurukan yang sekarang terjadi dalam banyak line kehidupan ini sebagai takdir Tuhan yang memang sudah digariskan...Wa'lLahu 'alam bi as-shawâb.

* Student University of Politic and Law.

(Coretan dua tahun yang lalu dalam rangka hari pendidikan..)

NB.

Teruslah berfikir untuk berubah, karena bangsa ini butuh perubahan..
Jika kita tidak mau berfikir untuk berubah untuk perubahan, maka siap-siaplah menerima kehancuran..
Ini peradaban kita, ini adalah generasi kita...
Jangan sampai peradaban kita dirusak oleh manusia-manusia picik tanpa nurani..!!!
Read more >>