Jajannya Tukang Becak..


Suatu sore ketika masih nyantri di Jogja, sehabis les aku menyempatkan diri berkunjung ke Gramedia, yang kebetulan lokasinya bersebelahan dengan tempat les. Di toko buku ini aku memiliki tempat favorit untuk membaca, tepatnya di depan kaca bagian utara sambil menghadap ke arah jalan raya. Kira-kira satu jam berdiri, tak sengaja mataku melirik kaset CD yang bergambar tukang becak dengan latar tugu Jogja.

Setelah transaksi di kasir, aku cepat-cepat mengayuh sepeda ontelku melintasi jln. Sudirman ke arah Tugu, lalu ke selatan menyeberang rel kereta dan menyusuri jalanan Malioboro, terus ke selatan memasuki area alun-alun utara Jogja, lalu ke arah barat melewati jalan besar selatan Masjid Gede hingga ke terminal Pariwisata. Dari terminal Pariwisata, aku memutuskan untuk tidak ke selatan menuju jln. S. Parman, tapi kuputar stang sepedaku ke utara menuju warnet Valcon, Wirobrajan.

Setelah memilih bilik, kukeluarkan kaset CD yang barusan aku beli. Di cover CD tertulis judul film ““Daun di atas Bantal”, a film by Christina Hakim, sutradara Garin Nugroho”.

Dengan kaset ini, selama dua jam kemudian, aku diajak berjalan-jalan oleh Christina Hakim dan Garin Nugroho ke perkampungan sekitar area Tugu Jogja.

Tak banyak kata yang bisa kukeluarkan saat aku diajak menelusuri area Tugu. Christina Hakim mencoba membuka mataku dan menunjukkan satu kenyataan yang sama sekali tak pernah kubayangkan sebelumnya, yaitu sebuah siklus kehidupan kaum marginal yang ceritanya tak pernah keluar dari lingkaran kemelaratan, kelaparan dan kebodohan. Pemandangan ini luput dari pandanganku meskipun hampir empat kali seminggu aku pasti melewatinya.

Dalam dua jam itu pula aku baru menyadari di mana aku berada, bagaimana sejatinya metropolis Jogja, dan apa yang ada di balik gedung-gedung tinggi kawasan Malioboro, rumah-rumah reot pasar kembang, dan tepian sungai kali Code.

Selesai shalat di mushala warnet, kukayuh ontelku ke arah Malioboro untuk memastikan apa yang beberapa menit lalu kutonton. Dari arah selatan Malioboro, terlihat beberapa temanku sesama santri bergerombol duduk di trotoar taman kota. Beberapa di antaranya ada santriwati yang rambutnya masih tertutup jilbab. Sekedar menyapa seperlunya, aku lantas meneruskan ontelku melawan arus jalan Malioboro ke arah utara.

Di trotoar depan hotel Garuda, kurang lebih 100 meter dari Tugu Jogja ke arah selatan, kusandarkan ontelku di depan angkringan untuk menikmati beberapa bungkus nasi kucing. Sambil memperhatikan sekeliling area angkringan dan menerka-nerka latar filmnya Christina Hakim, datang seorang tukang becak yang menghampiri temannya –sesama tukang becak- yang duduk di sampingku. Merekapun terlibat pembicaraan dengan bahasa Jawa ngoko:


A: “Hoi, gimana malam ini, jadi jajan ndak...???”

B: “Jadi laah, tapi sekarang harganya naik 20 rb, soalnya barang baru...”

A: “Barang baru dari Cina atau dari Arab..??”

B: “Dari Taiwan...”

A: “Lha kok murah, jangan-jangan sudah barang rusak...??”

B: “Masih bagus kok, ndak jauh beda dari yang kemarin-kemarin..”

A: “Ooo..siip deh, nanti malem aku keparkiranmu..”


Setelah kedua tukang becak itu pergi, aku bertanya kepada nenek penjual angkringan: “Nek, barang dari Taiwan kok harganya murah-murah, itu jenis barang apa...??”


Nenek menjawab: “Jajanan sarkem Mas, harganya masih promosi...”

“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un...$%$@&%*....”


Dan inilah Jogja, inilah wajah sebenarnya bangsaku, ia selalu timpang, tak pernah sadar dengan apa yang sedang membebaninya, ia kesakitan, namun tak pernah mau mengobati sakit yang menjangkitnya, ia terbungkam, namun terbungkam oleh tangannya sendiri. Dan hanya tangan Tuhan yang akan dan bisa mengurainya..

TUKANG BECAK “JAJAN” DI PASAR KEMBANG, kemiskinan dan kelaparan yang sering meraka elukan, ternyata tak separah dibanding dengan kering kerontangnya iman. Lantas pertanyaannya: “Dengan tiket apa surga akan dibeli jika iman sudah dijajakan...???????”

Penyakit yang menjangit bangsa ini ternyata jauh lebih parah dari sekedar “Inlander Mentality” dalam bahasanya Pak Amien Rais, atau “Slavish Mentality” dalam bahasanya Buya Syafi’i Ma’arif. Mungkin yang lebih tepat, apa yang dibilang oleh Cak Nun, bangsa ini sudah buta, tuli dan keclok koclok alias GILA..!!!

Setelah kurang lebih dua tahun kemudian di pertengahan 2006, Jogja diguncang gempa yang memporak-porandakan. Tak lama setelah itu di penghujung thn. 2010, Merapi mendapatkan gilirannya untuk berlaga..

Dan ke depan, bencana apapun yang terjadi di negeriku, aku tidak akan heran ataupun ragu tentang apa yang sebenarnya terjadi dan kenapa terjadi, karena jawaban dan penjelasannya sudah pernah kudapatkan sendiri: “Tuhan sedang mengurai negeri ini dengan adzab-Nya...”


Cak Nun di “Negari Maiyah” setiap pengajian Padang Mbulan mengingatkan kita dengan salah satu syairnya:


“Jaman wis akhir, jaman wis akhir,

Jaman wis akhir, imane goyang, pikire muntir...”

(Jaman akhir, imannya porak poranda, sinting akalnya)
Read more >>

Masih ada waktu 6 bulan lagi..

Sedemikian istimewa Allah mengatur hidupku, sungguh-pun tidak ada orang tahu, yang pasti aku benar-benar merasakannya..

Beberapa bulan ini pertanyaan yang membuatku pusing adalah: “Apakah aku harus pulang cepat..??”, sampai tadi malam aku belum bias menjawab pertanyaanku tersebut. Dan alhamdulillah, ternyata Allah Swt. Memberikan jawaban pagi ini: “Jangan pulang dulu..!!”

Aku tidak akan pernah ragu dengan jawaban Allah, karena apa yang sedang kujalani saat ini pada hakekatnya adalah jawaban-Nya –pula- dari pertanyaan-pertanyaanku sebelumnya. Karena jika hanya menggunakan rasional-nalar untuk melihat perjalanan –misalnya- studiku, nalar pasti akan bicara bahwa apa yang sedang kujalani saat ini tidaklah masuk akal..

Baru satu hari aku mendapatkan jawaban itu, saat ini aku sudah tersenyum, seakan-akan sudah bisa merasakan hikmah dari jawaban itu..

Aku masih diberi waktu 6 bulan lagi di Kairo, dan 6 bulan merupakan waktu yang singkat untuk sekedar menjalani hikmah dari jawaban Allah tadi..

Dalam waktu 6 bulan ini, Allah masih memberiku kesempatan untuk mengunjungi ka’bah, sujud di raudhah, dan berdoa di dekat makam Rasulullah Saw.. Inilah hikmah, karena jika aku pulang ke Indonesia cepat, mungkin umurku tak panjang, dan aku akan mati sebelum sempat ziarah ke tanah suci. Na’udzubilLah, sanggupkah aku membawa dosa yang bertumpuk-tumpuk untuk menghadapi hisabku di akherat kelak..??? (Yaa Rabb,.berilah kesempatan hamba-Mu ini untuk sujud di raudhah-Mu..)

Dalam waktu 6 bulan ini juga, aku diberi kesempatan Allah untuk menyelesaikan bukuku. Karena jika buku ini tidak selesai dan ajal lebih dulu menjemputku, maka amal apa yang bisa kubawa dan bisa terus memberiku kucuran pahala untuk kehidupanku kelak..?? Selebihnya, jika buku ini tidak selesai, lantas dengan apa aku akan mendapatkan biaya untuk bisa cepat-cepat mempersunting gadis itu..?? Hal yang sungguh memalukan jika masih meminta biaya orang tua..

Dalam 6 bulan ini juga, aku masih bisa merealisasikan agendaku untuk keliling Afrika. Semuanya ada di 6 bulan ke depan, dan merupakan waktu yang sangat singkat..

At last, my saying good bye for not coming to Vienna University this year. I promise someday I will scratch and write my name on your wall.. And my sincere sorry belongs to Prof. Sarah ‘Harvard’ for not completing my admission, totally I regret to miss your class,, I’ll meet you next year.. InsaAllah..
Read more >>

Titah Tuhan dan Bahasa Takdir (20)

Adolf Hitler dan Sayap Ayam

 
Hidup selama sebulan di asrama benar-benar membuatku frustasi, bukan hanya peraturannya yang super ketat, jam pelajaran yang sangat padat, namun juga menu makan yang sangat tidak ber-prikemanusiaan; bertentangan dengan imanku, juga menginjak-injak harga diri leluhurku..!

Kawan, tentu kalian pernah mendengar slogan Adolf Hitler dalam mempropagandakan misinya: “Sebarkan kebohongan dan ulang-ulanglah kebohongan itu, lama-lama ia akan menjadi kebenaran...!!”

Menurut tebakanku, mungkin dulu ada anak buah Hitler yang kapalnya terbawa angin dan terpontang panting di Laut Hindia, akhirnya kapal itu terdampar di Pantai Selatan Jawa, tak lama setelah terdampar, mereka ditolong oleh orang kampungku.

Sejak saat itulah kemudian slogan tadi menyebar di kampungku sebagai sebuah teori, dan lama-kelamaan semakin banyak orang kampungku yang bereksperimen dengan teori tersebut, maka semakin banyak pula kebohongan-kebohongan yang tersebar. Celakanya, sebelum kebohongan tersebut diklarifikasi, si eksperimentornya sudah keburu mati.

Berikut ini akan kusampaikan padamu kisahku tentang teori Hitler tersebut, yang karenanya aku sempat dibuat sengsara oleh seekor ayam, dan baru sembuh setelah beberapa tahun lamanya.

Kawan, tahukah kamu bahwa aku pernah trauma jika melihat ayam goreng,,??..

Dulu waktu aku kecil, suatu malam aku pernah makan bersama Kakek dan Nenek di rumahnya. Menu malam itu sangat istimewa, “ayam panggang”. Sudah menjadi kebiasaanku untuk meng-edit dan mencungkil-cungkil lauk sebelum siap dihidangkan ke meja makan, dan bisa dipastikan, nasib buruk selalu menimpa lauk yang paling enak, sehingga sebagai akibatnya, lauk-lauk tadi sudah terkelupas saat dihidangkan...^^.

Ketika sedang enak-enaknya makan, dari dapur terdengar teriakan Nenek:
“Hadoooh Gustiiiiii,,,,suwiwiiiii...suwiwiiiiiii....suwiwiiiiine ilaaaanggg..!!!”

“Suwiwi...”, tiruku lirih sambil memperhatikan daging ayam yang sedang kumakan.

Namun tiba-tiba jantungku hampir copot ketika Kakek juga ikut teriak sambil mengarahkan jarinya ke aku: “Hadoooooohhh.....iki suwiwineeeee....!!!”.

Karena kaget bercampur takut, daging suwiwi (sayap) ayam yang kupegang itu kulempar. “Jin kampret apakah yang berada di suwiwi itu...???”, batinku bertanya-tanya.

Tak lama kemudian, Nenek datang dengan membawa beberapa bunga yang dicampur dengan sedikit gula jawa dan terasi.

“Ayoo cepat dimakan, biar tidak kualat..!!”, ujar Nenek sambil menjejelkan bunga-bunga itu ke mulutku... Kawan, inilah kali pertama aku menjadi korban neo-satanisme, khurafat tingkat tinggi yang menjangkit sebagian besar masyarakat kampungku. (@,@)

Sejak malam itu, setiap kali kami makan ayam, Nenek selalu mengingatkanku agar tidak makan sedikitpun daging suwiwi, “Kalau makan daging sayap, kamu nanti kalau sudah besar akan susah cari kerja..”, terang Nenek dengan mimik muka serius.

Dan di sinilah teori Hitler tadi teruji empirisnya, cukup dengan melibatkan tiga komponen utama: aku, sang ayam, dan Nenek...^,^, teori tersebut terbukti eksis menjadi ‘imanku’ yang menutup rasionalku. Maka sejak saat itu, aku mempunyai iman baru, yaitu: “Menjauhlah dari SUWIWI agar hidupmu bahagia sentosa sepanjang masa...!! *ckckck..

---------------------

Seperti halnya sifat ilmu pengetahuan yang terus berkembang, maka teori-teorinyapun juga pasti banyak yang mengalami perkembangan, bahkan perubahan.

Setelah berjalan sekian tahun aku memegang kuat imanku itu, hari ini di depan pintu dapur ”sekolah dukun” ini aku memertanyakannya; perihal suwiwi. “Suwiwii..suwiwii.,, Di mana titik logisnya kamu bisa mengatur hidupku...?? Di mana titik nalarnya, kamu yang tergeletak tergoreng ini bisa menghalang-halangi aku untuk mendapatkan pekerjaan...??”.

Sambil kuperhatikan bentuknya yang tertelungkup dengan aroma gorengnya yang lezat, aku mentertawai diriku sendiri, “Oow,,betapa bodohnya aku selama ini...!”.

Lauk ini tidak akan pernah bisa menggaris nasibku, ia tak mempunyai kuasa sedikitpun untuk menentukan masa depan pekerjaanku..

Di saat yang sama pula, aku mengangkat topi tinggi-tinggi sebagai bentuk apresiasiku terhadap Adolf Hitler, kukatakan: “Aku yakin, teorimu tak akan lapuk dimakan waktu, Dof..” (-,-).v

Menjauh meninggalkan pintu dapur, kulambai-lambaikan kotak nasiku yang berisi SUWIWI goreng lengkap dengan sambalnya. Dan setiap kali aku mengambil makan di dapur, di pintu kamar selalu kubaca terlebih dahulu: “Menu hari ini: SAYAP + OSENG BUNCIS..!!! Dan selama 4 tahun kemudian, suwiwi menjadi lauk favoritku..^^

Inilah, satu mutiara yang pertama kali aku dapatkan dari “sekolah dukun” ini. Hal yang sangat fundamental, yang akan menjadi titik kompromi antara logika dan keimananku, warna yang akan sangat kontras ketika aku berada di tengah-tengah masyarakat kampungku, dan prinsip yang paling kupegang dalam menyelami lautan ilmu. “Tidak ada daya dan kekuatan selain dari dan milik Allah..”

Di sinilah aku mulai mengenal Muhammadiyah.....^,^


Bersambung....
------------------------------------------
Read more >>

Titah Tuhan dan Bahasa Takdir (5-6)

5). "Majalah 'Bobo' dan Teori Evolusi Darwin"
6). "Lirikanmu seperti kilatan petir.."
--------------------------------------------
 
Majalah ‘Bobo’ dan Teori Evolusi Darwin

Pernah suatu ketika, sewaktu kelas satu SMP caturwulan tiga, pada pelajaran IPA Biologi, guruku menerangkan tentang asal-usul kejadian manusia dari beberapa teori-teori yang terdapat di buku pedoman pengajaran IPA. Beliau mengatakan bahwa manusia berasal dari MONYET dengan teori EVOLUSI Darwin sebagai rujukannya.

Tanpa basa-basi, ketika beliau membuka kesempatan siswa untuk bertanya, majalah BOBO yang sudah aku persiapkan untuk membantah sekonyong-konyong kutunjukkan. Kami berdebat panas, dasar ‘Bobo’ yang nakal-nakal brengsek, akhirnya guru biologi itu menutup perdebatan dengan suara pelan seraya mengatakan: "Sudah thoo lee, lhaa saya kan hanya menyampaikan apa yang ada di dalam buku, kalau protes sama yang membuat buku, bukan sama saya...!!!"

“Bapak bisa masuk neraka karena ngomong begitu....”, bantahku tidak terima.

****

“Lirikanmu seperti kilatan petir...”

Sewaktu aku masih SD, hanya ada dua film yang paling kusukai, yang pertama film India di TPI setiap hari Rabu dan Jum’at jam 10.00, dan “Si Doel Anak Sekolahan”, malam pukul 20.00 di RCTI. Kata orang-orang tua di kampungku, anak SD tidak baik menonton film-film itu..!

“Ah dasar orang-orang tua, sukanya memang memonopoli acara TV..huh..”

Dari film India, aku jadi tahu jika ada seorang lelaki dan perempuan yang saling bernyanyi berdendang bersahut-sahutan, terus berlari kejar-kejaran lalu berputar-putar mengitari pohon, itu berarti mereka sedang JATUH CINTA..!!^,^

Dan dari “Si Doel Anak Sekolahan”, kalo ada seorang wanita yang sering berkunjung ke rumah pria, atau sebaliknya, dan mereka sering membawa bunga ketika berkunjung, maka orang dewasa menyebutnya “NGAPEL...!!” (@,@)

Dua istilah di atas cukuplah menjadi modal bagiku untuk menutupi muka kampungku, paling tidak jika berbicara tentang cinta dan wanita, aku bisa lebih fasih dari orang-orang kota ini..^^

Dan hari itupun datang, aku bukan lagi sekedar berteori tentang orang India yang sukanya bernyanyi memutari pohon kelapa, tapi aku benar-benar mendapati jiwaku bergejolak, dadaku mulai bergetar-getar ketika bertemu dengan “si-dia”. “Apakah ini yang dinamakan jatuh cinta...???.”

Sebenarnya aku ingin membantah kalau aku sedang jatuh cinta. Karena yang kualami berbeda dengan teorinya; teorinya adalah jika seseorang jatuh cinta, maka harusnya ia bernyanyi-nyanyi sambil berlari mengitari pohon kelapa..!!(@,@)

Fatimah, duduk hanya dua bangku di depanku, tak lebih dari tiga hasta, sebenarnya tanganku bisa meraih tali rambutnya yang berwarna ‘jingga’. Atau bisa saja sekalian kutarik rambutnya dan kuajak berlari-lari dengan diiringi lagu paling populer kala itu, “Sephia by SheilaOn7”.

Setiap kali aku melihatnya, rasanya dadaku seperti disengat listrik ribuan volt, hanya karena nasibku baik, sehingga aku tidak tewas meskipun tersengat berkali-kali. Kawan, kau tentu sudah kuberitahu sebelumnya bahwa Tuhan sangatlah baik padaku...^^

Fatimah berada pada jejeran murid-murid ‘HOT’. Siswi yang mendapatkan label ‘HOT’ bukanlah sembarangan, karena dibutuhkan dua syarat mutlak; aduhai kecantikannya dan luar biasa akademisnya. Oleh karena itu, tentu cowok manapun yang mendekatinya, haruslah berfikir ribuan kali untuk berani mengutarakan cintanya, termasuk aku.

Meskipun aku cenderung nekat dalam banyak hal, tapi aku adalah cowok yang tahu diri. Karena kutahu jika kuungkakan perasaanku ke Fatimah, dia pasti akan menolakku, atau bahkan celakanya, dia tidak mentolelir perasaanku. Maka sebagai seorang lelaki sejati, kuambil sikap ideal dan moderat: “Secara diam-diam aku telah menganggap diriku adalah pacarnya...^,^”

****

Hari demi hari hatiku terasa sesak, pikiranku kacau tak terkontrol. Benda apapun yang kutemui, selalu terlukis wajah sang pujaan hatiku. Sampai suatu ketika, aku ikut Emak ke pasar, dan secara tak sengaja saat melintasi penjual buku, kutemukan buku kuning bergambar buah apel merah tertembus panah, judul bukunya sangat panjang: “Kumpulan Surat Cinta dan Tips-tips Mendapatkan Perhatian Pacar”, sedangkan buku yang lebih kecil lagi berjudul: “Kiat-kiat Menjadi Pria Romantis”, dan buku ke tiga yang sampulnya bergambar tokoh wayang ‘Arjuna’, judulnya: “Aji Pengasihan, Mantra-mantra Warisan Leluhur untuk Cinta, Kekebalan dan Usaha”..

Kawan, bisakah kalian menebak buku mana yang kupilih...????

Sssszzzzttt.....akan kuberitahukan padamu, tapi ini rahasia kita saja. Iya benar, aku memilih buku yang bergambar ‘Arjuna’..!!^_^

Jika kalian ingin pinjam buku itu padaku, silahkan datang ke rumahku, dan tanya Emak-ku, karena sehari setelah kubeli, buku itu sudah lenyap dari meja belajarku. Aku yakin, buku itu diambil Emak...

Bersambung...
Read more >>

Titah Tuhan dan Bahasa Takdir (1-4)

Titah Tuhan dan Bahasa Takdir



Kadipaten Kidul, Oktober 2009

Sore yang dingin, hembusan angin pantai selatan menerbangkan kupu-kupu kuning jauh sampai di pelataran Merapi. Avertebrata nan cantik ini sempoyongan melawan kuasa angin pantai selatan. Dia tak sendirian, beribu-ribu lalat hijau terseok-seok tak berdaya, bahkan beberapa kelompok dari kawanannya sudah terjerembab matang di kawah Merapi. Angin selatan tak peduli, karena dia berhembus membawa titah Tuhannya, kabar bahwa Langit sudah cukup gerah karena kepercayaan dan adat Mataram yang durhaka, karena berani menyematkan angin selatan sebagai hembusan dan bisikan peri-peri gaib jagad gelap Laut Hindia.

Di teras kontrakan, aku duduk memperhatikan tumpukan buku-buku sejarah. Lebih dari empat jam aku mengembara menembus lorong waktu, memasuki sebuah dimensi yang beralur-alur rapi. Cukup sekejap, aku bisa melompat-lompat melewati ratusan bahkan ribuan tahun titik kejadian. Setiap alurnya melukiskan gambaran yang sempurna akan wujud manusia dari setiap peradaban. Itulah sejarah dan kitab-kitab sejarah, sebuah lorong waktu yang jarang orang memasukinya.

Lelah memeras setiap kata yang termaktub di setiap lembarnya, aku menyadarkan diriku bahwa hari telah merangkak senja. Sejenak saja kualihkan pandanganku untuk menghitung tetesan air yang menetes dari langit, dan aku baru sadar bahwa angin selatan menusuk-nusuk tulangku, isyarat bahwa air dan angin akan melakukan ritual alam; Jogja hujan dengan petir yang menguntur.


***...

Sayup-sayup suara adzan Mahrib meliuk-liuk, berdesak-desakan dengan angin dan tetesan air langit. Suaranya menyelusup ke setiap lubang-lubang mili meter cendela dan atap-atap. Namun seperti halnya angin dan tetesan air langit, suara halus sang muadzin dari masjid Mataram juga membawa titah Tuhan, sebuah memorandum dari Yang Mahakuat dan Perkasa untuk makhluknya

Pulang dari masjid Mataram, aku duduk di depan monitor, mengarahkan crusor membuka-buka folder lama. Kumpulan coretan yang pernah kutulis sekitar dua tahun yang lalu, kubaca dan aku temukan kembali inilah aku.

Kuceritakan ini dan Jogja-pun lembab, menangkap sinyal-sinyal impianku....


****..


Aku dilahirkan di desa yang jauh dari kota. Besar seperti layaknya anak desa yg lain; main ke ladang, petak umpet di pinggiran kali, setelah lelah terus nyebur ke sungai-sungai yang warnanya cokelat karena lendut. Pulang main di sungai, terus pasang jebakan burung di ketinggian pohon jati.

Pulang ketika senja sudah jauh. Sampai di rumah dimarahi Bapak, namun selalu saja Emak melindungiku, “Cepat ganti baju terus berangkat ke masjid, sebelum Bapakmu ngamuk...!!.


Berangkat ke masjid dengan membawa batrei kecil, dan di leher selalu tergantung ketapel. Di manapun dan kapanpun berada, kedua benda itu selalu menemani.



Masa-masa SD-ku



Sekolahku dipilihkan oleh Emak di tempat yang lumayan jauh dari rumahku, memerlukan waktu sekitar 40 menit untuk berjalan kaki. Saat itu aku sungguh mengerti kenapa Emak memasukkanku ke sekolah yang jaraknya lebih jauh, padahal ada sekolahan yang dekat rumah, +- 10 menit berjalan kaki. Secara otomatis, akupun terpisahkan dari kawan-kawan sebaya kampungku. Dan setelah +- 18 tahun kemudian, aku baru mengerti alasan Emak..^^



Selama enam tahun di SD, terhitung ada sekitar tiga teman yang tidak mau melanjutkan sekolah karena takut dengan kelakuanku yang kelewat sadis (katanya siiy..^^). Pernah suatu ketika para guru harus berurusan dengan orang-orang kampung, karena salah satu anak kampungnya ada yang kepalanya hampir bocor terkena lemparan batu seberat +- 1 kilo dari ketinggian lima meter. “Aku kan ndak sengaja, pingin melempar kaki, eee malah kena kepala...^,^”



Pernah juga, teman sekelas yang paling cantik harus cuti satu tahun karena orang tuanya tidak ridha jika anaknya berkawan denganku. Sebagai generasi paling beradab dan menjunjung tinggi nilai-nilai persahabatan, sepulang sekolah aku dan kawan-kawan selalu melakukan rutinitas di persimpangan jalan ke kampung masing-masing. Rutinitas itu adalah aksi saling lempar batu aspal rusak. (tuing..tuing...). Singkat cerita, 'Heni' gadis cantik dari desa sebelah terkena lemparanku tepat di atas pelipis matanya. Dan sejak saat itu, ia dilarang sekolah oleh orang tuanya, dan baru melanjutkan sekolah setahun kemudian. Rutinitas yang akhirnya menjadi ritual ini berlangsung sampai kami selesai SD^^..



Suatu hari, ketika aku kelas 4, guruku mengatakan kalau aku akan segera di’droup out’ dari sekolah ini.

“Lha kenapa Bu Guru kok saya mau dikeluarkan...???”, tanyaku pada salah satu guru di area parkir sekolahan. “Ben kapok, bocah ngengkel aee kok....!!!”, jawab Ibu guru itu dengan melototkan matanya.


Mendengar jawaban yang sangat tidak bersahabat itu, aku langsung berlari sambil teriak: “Ibu Guru assssssss*************......!!!!!”


Dan dua hari setelah percakapan kami di area parkir kemarin, tersiar kabar kalau “Honda Astrea Grand” milik Ibu Guru itu terkena musibah: spion hilang, jok sobek bergaris-garis, busi dan kabelnya lenyap, serta rodanya tak ber-pentil..^,^


******
 

Menjadi Siswa SMP


Jarak tempuh dari rumah ke sekolah sekitar dua jam (45 menit naik angkutan dan sisanya perjalanan dari rumahku ke terminal). Tiga tahun secara rutin bangun pagi pukul 05.00 subuh, ganti baju dan sarapan, lantas berangkat pukul 5.30, berjalan kaki sejauh 1 jam 10 menit...!!!


Sama seperti dulu ketika aku dipilihkan ke sekolah yang sangat jauh, padahal ada SMP yang jarak tempuhnya kurang dari 40 menit perjalanan kaki. Pertanyaanku masih sama tentang apa alasan Emak, yang kemudian kutahu ternyata alasannya berbeda ketika Emak memilihkanku SD yang jauh dan SMP yang jauh pula., nanti saja di belakang kuterangkan padamu. ^^


Selama tiga tahun di SMP, jam bermainku terkuras habis, karena hampir dipastikan, pulang dari sekolah aku langusung terkapar tidak berdaya. Biasanya sampai rumah pukul 17.00 ketika anak-anak TPA berhamburan pulang mengaji. Aku terengos-engos menahan capek berjalan satu jam lebih. Kontruksi tanah ketika pulang cenderung menanjak, jadi lebih menderita sekali dibanding berangkat..(@,@)


Sebulan menjadi siswa di sekolah rada kota, lumayan membuatku terkagum-kagum. Banyak mobil berlalu lalang dan banyak banget mainan bagus-bagus dijual di emperan sekolah. Mungkin ini sisa-sisa syndrome masa kecil yang hanya tahu main kereta tanah dan ketapel, kini ada mainan yang bisa berjalan sendiri, bahkan berbicara,,(@,@) ouuhhhh menyakitkan sekali melihatnya...!!


Dua bulan berjalan, suatu hari di saat jam istirahat aku diajak teman jalan-jalan ke pasar. Dia bilang ingin ke pabrik uang receh.


“Emang ada pabrik uang receh....??”, tanyaku sangsi. “Udah ayoo ikut saja, jangan banyak tanya...!!”, ajaknya sambil mulai mengayuh sepeda ontelnya.


Kami masuk ke tengah pasar, dan berhenti di depan kios kecil. Kulihat di dalam kios terdapat beberapa televisi dengan bentuk seperti robot. Masih menahan penasaran, aku menjaga mulutku untuk tetap diam. Temanku mulai duduk di depan televisi robot itu, dan perlahan-lahan mulai terlihat tegang. Aku hanya terdiam melihat bola warna-warni bergerak-gerak dan loncat-loncat di monitor. Dan tak lama setelah itu, terdengar suara “krucuuuukkkkk...krucuuukkkkk.....”

“Haaaaaaahhhhhh,,,,”, mataku terbelak melihat ada banyak sekali koin 100 rupiah keluar dari hidung robot itu. “Waaahhhh,, dahsyaat,, ingus robotnya duittttt....???!!!!???#@%@#!#”



******


“Sok tahu”, mungkin itu adalah salah satu sifat genetik yang aku warisi dari leluhurku (jika memang tebakanku ini benar, berarti bisa dipastikan aku adalah keturunan ahli nujum dari Dinasti Syailendra yang ‘kecerdasannya’ bisa menghitung jumlah batu yang dibutuhkan untuk membangun candi Borobudur.^^). Setelah tadi diajak temanku untuk mencari uang receh, sepulang sekolah aku tak langsung kembali ke rumah, kakiku membimbingku untuk ke kios tengah pasar.


Dengan lugu, tanpa ilmu dan tanpa pengalaman, aku memencet-mencet seperti apa yang dilakukan temanku. Namun 30 menit memencet dan memukul-mukul, keanehan terjadi,, layar mati....!!!!!!


Si penjaga heran kok bisa mati. Dalam gerutunya dalam bahasa Jawa kasar, ia mengatakan: “Jangkrik,,ding dong'’e rusak layare...!!”


OOooo..’Ding Donk’.. Sekarang aku baru tahu kalau mesin pencari uang receh ini namanya ‘DinK doNk’,, Mesin DiNk DoNk....!!! Subhanallah..(@,@)


Nama itu langsung menjadi pembicaraan hangat di desaku. Dari teman-teman sebayaku sampai anak-anak kecil SD, mereka semua membicarakan DiNk DoNk, si mesin pencari uang.


Singkat cerita, karena sering melihat orang memainkan DiNk DoNk, aku menjadi pemain yang benar-benar tangguh. Hampir bisa dipastikan, dengan modal 200 rupiah, dalam satu jam aku bisa mendapatkan 8000 - 10.000 ribu. Bahkan tidak jarang orang-orang mau menyewaku untuk memainkan mesin ajaib itu. Aku menjadi terkenal di Pasar Gede kecamatan sebagai Ksatria Dink doNk (Knight of Dink DonK!!!).


Hampir selama setahun, aku menghabiskan waktu istirahatku di sanggar DiNk doNk. Sampai akirnya tempat itu ditutup karena dianggap sebagai tempat perjudian yang paling banyak melibatkan siswa-siswa sekolah. Karena tindakan sepihak aparat kepolisian, akhirnya hilanglah mata pencaharianku dan terputuslah penghasilanku. Perlu diketahui, dari hasil bermain DiNk dOnK, hampir setiap minggu aku memborong bertumpuk-tumpuk majalah 'Kuncung, Legenda, Bobo, dan beberapa majalah lain'.. (@,@)



Titik Klimak..


Memasuki tahun 2000, koleksi majalah dan buku bacaanku di almari sudah terlalu menumpuk. Lebih dari 200-an majalah yang semuanya kudapatkan dari hasil mencari nafkah memeras keringat. Akirnya Emak berinisiatif untuk menjual majalah-majalah itu, “dikilokan saja yaaa...”, kata Emak. Akhirnya dengan beberapa perjanjian, aku merelakan hasil jerih payahku itu dijual. Lumayan, semua hasil jerih payah memeras keringatku itu menghasilhan lebih dari 400 ribu.. Heeem,,awal pertama aku merasakan memegang uang dalam jumlah besar, 400 ribu.^,^


Naik ke kelas dua SMP, aku memiliki sepeda ontel baru dengan merek VEROZA warna hitam anggur merah. Sepeda yang siang dan malam selalu tidak jauh dari tempat belajar dan tempat tidur. Aku jatuh cinta dengan sepeda hasil keringatku di DiNk doNk.


Pemirsa yang budiman, demikianlah HIKMAH BERJUDI DINK DONK..hihihihi..^,^



Bersambung...

----------------------


Lanjutan:

"Majalah 'Bobo' dan Teori Evolusi Darwin"
Read more >>

...tanpa titik...

SMS itu memecah mimpiku,. Ooh,, sebuah pertanyaan "Sang,.kapan sih kamu mau menjadi manusia serius, sedikit saja juga tak apa!?"...HadoOoh... ini yang ngirim tepat banget momennya, tahu banget kalau aku lagi overdosis parasetamol, apakah dia ingin membunuhku??..Heem.,mungkin karena dia sayang padaku!!. Dengan mata melek sebelah, kubalas SMS itu "Ini siapa?kamu melihat ketidak seriusanku dalam hal apa?"..sent..

Mata dan hidungku terus meneteskan air, mulut gatal dan badan gemetaran. 'New message received', "Knp kmu trlalu mremehkn kaumq, kami diciptakn bkn utk mainan!". Nyut nyut nyut, otakku berkontraksi seperti akan menembus batok kepala yang hanya 1,3 cm. Mataku terpejam rapat menahan bola mata yang loncat-loncat. SMS ini dihasilkan menggunakn metodologi riset ahli ushul fiqih generasi awal; dipilihnya kesimpulan kemudian dicari dalil-dalil pembenaran.

Pukul 02.15 WIB, gadis ini masih terjaga deng susunan SMS singkatnya. Apa mungkin dia mendapatkan ilham dalam tahajudnya untuk menasehatiku???. Aah,, tdk mungkin, karna Tuhan tahu niatku, aku bukan seperti apa yang ada dalam SMS itu. Sepertinya aku dikerjain manusia-manusia mantan napi. Karena teralu lama dipenjara, saraf sensorik otak mereka sering mengeluarkn gelombang-gelombang sinting kejahatan.

Dengan penuh keyakinan, tanpa tekanan dan dalam kesadaran, jempolku memencet keypad menuliskan "Kamu tembeLek,,hahaha!!". Pukul 03.00 WIB, hembusan angin selatan menyusup celah-celah genteng rumahku, mengusik puluhan tikus yang sedang bertasbih kepada Sang Penguasa alam raya, mengercit dan berlari mencari perlindungan. Nyanyian alam kembali menidurkanku.(Bersambung)

"Sang,,bangun kie Emak goreng tape!!", suara itu halus menyentuh gendang telingaku, sarafku yang masih normal meneruskan rangsangan itu ke otak, lalu mulutku berbisik lirih "tapeee".

Pukul 05.30 WIB, inilah jam abadi aku mengakhiri mimpi, Dan sebagai hamba Tuhan yang tahu tekhnologi, aku selalu mendahulukan membaca dan memblas SMS sebelum bermunajat shalat subuh. "Two messages received".."Km emng kras kpala, smbong, egois, tdk mau mndngarkan nashat orng"..Nyut nyut nyut,, bola mataku seperti terlepas dari tengkorak ketika membcanya. Aku sungguh dalam delima, antara "makan tape, balas SMS, atau shalat subuh". Kawan, dan tahukah kamu pilihan anak kampung yang kenal tekhnologi HP ini??.,adalah membawa HP ke dapur, duduk manis makan tape sambil balas SMS....

"Maaf..tak kira aku td dKrjain, aku gSprti yg kmu tliskan".

Pagi yang dingin, titik-titik embun di pepohonan perdu ramai dikunjungi belalang-belalang Cemeni, belalang dusun yang tak pernah melakukan urbanisasi ini berebut membasahi tubuh mereka. Mereka tahu dan faham betul bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman, sedangkan aku??..

......
07 Okt 2009
Read more >>

Jogjakarta, 2003-2005

(Facebook's note: on Monday, 19 April 2010 at 15:36)

Malam yang sepi, duduk sendirian di depan pintu kamar C sambil komat kamit menyanyikan lagunya PMR (Pengantar Minum Racun), sungguh hal yang sangat menghibur. Namun, selama setengah jam aku duduk di depan pintu, tak ada satupun kawanku yang masuk kamar lewat sini. Ah, paling mereka pingin mencari suasana lain saja dengan melewati pintu sebelah.. Aku masih berdendang ria sendiri..

Setelah satu jam berdendang, ternyata aku bosan juga. Sambil membawa gitar ke depan pintu kamar A, niat hati ingin mengajak kawan bernyanyi bersama, belum sempat aku mengajak bicara, mereka sudah pergi ke peraduan masing-masing...Huuuuff..aku dongkol...!!!!

Sepertinya ada yang aneh dengan sikap mereka. Lalu kutanyakan ke seorang kawan yang dari tadi meng'hisab' di atap asrama: “Dap, kok mereka pada menghindar dariku siiy..??”. Si Dap (Azik Hakiki) menjawab: “Yaa karena suaramu merusak mood indahnya bulan purnama..!!”.. Hah, aku sungguh terperanjat mendengar jawabannya , selama ini berarti mereka menjauhiku gara-gara suaraku ketika sedang berdendang thoo..”Masa iyaa siiy Dap..??”, aku berlalu tak membutuhkan jawaban..

Ah, aku masih belum percaya kalau suaraku tidak menghibur. Perkara ini harus ditelusur lebih dalam lagi. Kalau menurut ilmu hadits, aku harus mencari minimal empat orang jalur periwayatan agar bisa mutawatir, dan agar hasil hukumnya bisa tsabit alias kuat.

Kalau begitu, aku harus bertanya pada si Fauzi alias KoNgja.. Dia sudah bertengger di depan kamar A, padahal sewaktu aku tadi ke kamar A, dia malah beranjak ke ranjang untuk tidur...aneh..!!

Kalau aku mendekatinya dari samping, dia pasti akan segera berlari. Karena itu, aku harus mendekatinya dari arah belakang, biar dia tidak tahu kalau aku mendekat..

“KoNg..aku mau tanya niiy..Heem..suaraku ketika berdendang thu gimana siiy..??”
Belum sempat si Fauzi KonGja membuka mulut untuk menjawab, tiba-tiba dari dalam kamar A terdengar suara “Huuueeeeeeeekkkkkkkk......Huuueeeeekkkkk....Huueeeekkk...”. Suara itu sebanyak tiga kali, dan setelah itu, suasana langsung hening kembali..

Ah, mungkin mereka sedang mendapatkan siraman rohani dari Okta Konthil, sehingga perlu untuk melakukan relaksasi otot perut. Dalam hati aku berbisik: “Wah, Okta lagi mengajarkan teori baru niiy..ckckckc..”.

Kembali aku mengulangi pertanyaanku ke Fauzi KoNgja: “Zii, emang kualitas suaraku ndak bagus yaaa..???”

Belum sempat juga KoNgja menjawab, kali ini tak hanya dari kamar A yang bersuara, kamar B juga ikut bersuara.. “Huuueeeekkk..huuueeekk..hueeekkk...huuueeekkkkkkk..”.

Haah, aku terbengong, rasionalku seketika itu langsung berfungsi menghadirkan beberapa pertanyaan kritis: “Masa siiyy si Okta Konthil sedang memberikan siraman rohani dalam dua kamar sekaligus...???”.

Ah, mungkin di kamar B ada si Ari MeOnk yang sedang memberikan siraman rohani. Maklum, di kamar B kebanyaklan dihuni oleh para penjahat..dan sial banget, ternyata setelah aku menyadari, diriku termasuk anggota kamar B..hadooohh...!!!!

Malam ini sungguh tak kudapatkan jawaban yang kuat untuk membenarkan perkataan Sindap tadi. Sungguh sangat menyebalkan jika naluri ilmiah yang harusnya dituangan, tapi terganggu oleh lingkungan yang tidak mendukung. Asrama 6 memang tempatnya para begundal yang tak menghargai ilmu pengetahuan. Mereka lebih menghargai nilai-nilai seni yang menempel pada tubuh anak gadis penjual nasi bungkus di samping asrama..huuf...!!!

Aku sungguh tak bisa tidur. Malam ini juga jawaban ini harus kutemukan. “Benar nggak suaraku tak semerdu pendengaranku..??”.

Kulihat penghuni kamar A sudah banyak yang terkapar. Di pojok ada Ustadz Okta yang tidurnya nyenyak banget, mungkin karena lelah setelah memberikan siraman rohani kepada para penguntil tempe dan garong-garong dapur ini..!!

Aku membangunkan Fauzi KoNgja..”Ziie bangun,,pertanyaanku tadi belum kamu jawab..!!”. Spontan dan sporadis, dari arah yang sungguh tak kuketahui sudunya, ada suara pelan namun begitu menyayat hati “huuueeeekkkkkk..hek..hek..hek...”.

Mendengar itu, aku sungguh dongkol. Ini sudah pelecehan, harga diriku diinjak-injak oleh sesama bangsa begundal asrama 6.. Sungguh tidak bisa dibiarkan, ini harus dibalas...!!!

Merenung sambil menghitung bintang, aku mencari inspirasi bagaimana bisa menumpahkan sakit hatiku. Tak sampai setengah jam, tiba-tiba batang sapu lidi yang ada di sampingku memberikan jawabannya...hihihihihihihi..inilah dia pembalasanku kawan..!!!

Mereka akan aku BAKAR...!!!!! ckckckcck..

Sebagai sumbangan bagi pengetahuan umum, alat serang ini diberi nama “RUMPUT TEKI”..

Kombinasi bahan dasar:
1. Sapu lidi .. (dipotong-potong kecil +- 1 cm)
2. Pepsodent atau Close up (berfungsi sebagai perekat).
3. Korek api gas..!!!

Efek dari serangan ini ada dua:
1. Si korban TERBAKAR..
2. Bekas terbakar akan terasa sangat gatal..hihihi..

Perlu diterangkan juga tentang kombinasi unsur kimia yang berada pada rumput teki ini. Pepsodent yang mengandung ‘mint’, jika bersentuhan dengan kalor (api), maka mint yang sifatnya gas dingin, ia akan langsung meresap ke pori-pori kulit. Nah, sehingga panasnya seperti terbakar dari dalam..hihihi.. Namun, para korban tidak perlu khawatir, karena floride yang ada pada pepsodent, akan menghilangkan bekas terbakar, sehingga tidak menghitam..Ilmiah sekali bukan..??!!!???..hehehe...

Dan korban-pun sudah kupilih, dia-lah Suleman,,iyaa SULEMAN....!!!!!!
Karena jika kalian tahu, dia’lah orang yang paling keras bersuara ketika alunan melodi datar “Huuuuueeeekkkkk” dilantunkan.. Jadi, sudah sepantasnya dia menjadi korban pertama..

Aku mengendus memasuki kamar A, dari pintu masuk, aku sudah melihat perut Suleman tak tertutup kain. Sarungnya ditendang-tendang oleh kakinya yang memang nakal. Sebelum aku mulai melakukan aksi, aku harus mencari dulu ranjang yang kosong untuk sembunyi sambil menunggu batang sapu lidi yang hanya 1 cm itu terbakar dan menyentuh kulit.

Dan aksiku ini memang sepertinya diridhoi oleh langit, terbukti ada ranjang kosong yang pemiliknya sedang tidur di kamar lain. Di sanalah tempatku untuk pura-pura tidur sambil menunggu Sulaiman pontang panting kepanasan..ckckckc..!!

Perlahan-lahan aku mendekati Sulaiman. Perutnya yang sudah tersingkap, memudahkanku untuk menempelkan batang sapu lidi di perutnya. Setelah sapu lidi yang hanya 1 cm itu berdiri tegak di perutnya, kukeluarkan korek gas..dan BUUZZZZ... kubakar..!!!

Perlu diketahui, sapu lidi ini sebelumnya sudah dibakar dahulu sampai berbentuk arang (meng-arang). Karena itu, jika arang sapu lidi ini dibakar, maka yang ada hanya rambatan api arang, bukan api yang menyala ^-^.V.

Sambil berpura-pura tidur, kuperhatikan rambatan api yang siap menyentuh kulit Sulaiman. Dan tak lama setelah itu, hanya dalam hitungan detik, terdengar teriakan histeris dari dalam kamar A dibarengi dengan suara-suara “gedebukkk...gedebuk...gedebuk....”. Jika kalian tahu, suara ‘gedebhuuk..’ itu adalah hentakan kaki Sulaiman ketika sedang memadamkan api..hihihihihihi.....!

Aku yakin, dalam hati pasti Suleman mengumpat “Biadab terkutuk...!!!!!”


Ckckckckckc....

Mimpiku malam itu mungkin menjadi mimpi terindah sepanjang kisah hidupku selama dua tahun di asrama 6 tahun (2003-2005)..

Dan akupun beristighfar melihat Sulaiman terkapar.. Setelah itu, maka RUMPUT TEKI menjadi hiburan bagi para begundal untuk melewati titik-titik malam...


With much love..
Maafin aku jika dulu banyak yang terdzhalimi..kawan..!!!
;)

Dari Kairo, kutulis ini untuk kalian..^-^

-------------
http://www.facebook.com/note.php?note_id=381326749614
Read more >>

Perbanyaklah Sedekah..!

Suatu hari pada zaman Rasulullah Saw., ada seseorang yang ketika sakaratul maut tidak mengucap kalimat syahadat, tetapi malah mengucap "laitaha thawilah (seandainya lebih panjang),,,laitaha jadidah (seandainya yang baru),,laitaha kamilah (seandainya semuanya)". Kemudian para sahabat menanyakan hal ini kepada Rasulullah Saw..

Rasulullah Saw. tersenyum mendengarnya, "Apa yang diucapkan orang itu tidak keliru. Suatu hari ia bertemu dengan orang buta. Si buta itu tersaruk-saruk karena tidak ada yang menuntun, maka ia membimbingnya berjalan. Dan tatkala ia hendak menghembuskan nafas terakhir, ia menyaksikan betapa besar pahala amal shalehnya itu, lalu ia pun berkata "seandainya lebih panjang..". Maksudnya, andaikata ia membimbing si buta itu lebih panjang lagi untuk berjalan, pasti pahalanya akan lebih besar pula.

Adapun ucapannya yang kedua, ia sedang melihat pahala dari hasil perbuatannya yang lain. Suatu hari ketika cuaca sangat dingin, di tepi jalan ia melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil. Melihat lelaki tua itu kedinginan, maka ia memberikan salah satu bajunya yang lama, dan membawa pulang yang masih baru. Menjelang saat-saat ajal menjemputnya, ia melihat besarnya pahala amalnya sehingga ia pun menyesal dan berkata "seandainya yang baru..".

Dan untuk ucapannya yang ketiga, pada suatu ketika ia sangat lelah dan lapar. Lalu ia membuka sepotong roti yang disiapkan oleh istrinya. Namun, tatkala hendak dimakannya, tiba-tiba datang seorang pengemis yang terlihat sangat kelaparan. Lantas ia membagi rotinya menjadi dua potong untuk pengemis itu. Maka ketika ia melihat besarnya pahala yang diperolehnya, ia pun menyesal dan berkata "seandainya semuanya..", artinya jika roti itu kuberikan semuanya, tentu pahala yang akan aku dapat akan lebih besar pula."


Rabbanaa laa taj'a'l liy dunyaa akbara hamminaa..
Wa laa mablagha 'ilminaa...

Yaa Rabb,,jangan Kau jadikan dunia sebagai prioritas hasrat kami..
Dan jangan Kau jadikan pula dunia sebagai tujuan ilmu kami..

BIP 3th build, 20 Ramadhan 1431 H/30 Agust 2010 M.


Read more >>

Gado-gado Pagi

Seperti biasa, rutinitasku setelah subuh adalah nongkrong di depan monitor. Untuk kali ini aku mencari berita kalau-kalau Indonesia sudah perang dengan Malaysia, atau nilai tukar rupiah ke dollar menguat..ckckc..^^ Untuk poin yang kedua, hal itu sangat penting, karena sebagai kaum dhuafa' yang klayapan di luar negeri, aku harus menyesuaikan kapan waktu yang tepat untuk menarik uang dari ATM, dan waktu yang sangat tepat adalah ketika nilai tukar rupiah ke dollar menguat..hehehe..^,^ Sedangkan untuk poin kedua, hal tersebut penting untuk kuketahui, agar ketika bertemu dengan sahabat-sahabat dari Malaysia, aku bisa lebih menjaga obrolan untuk tidak menyinggung masalah politik; pertikaian Indonesia-Malaysia.

Untuk hari ini, nilai tukar rupiah rada melemah dibanding dengan beberapa hari lalu. Biasanya $100 bisa menjadi 569 LE, hari ini cuma menjadi 565 LE,,heem,,selisih 4 LE lumayan banget bisa dibelikan dua sabun mandi Lif*boy, cukup untuk mandi satu bulan thuuu..hihihi..(@,@).

Sedangkan untuk ketegangan Indonesia-Malaysia, alhamdulillah sampai hari ini belum terjadi perang. Meskipun obrolan di detikforum dan kaskus sangat panas, tetapi aku berharap semoga masalah ini bisa cepat diselesaikan dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan sebagai ras yang seiman. Amiin..^^

Setelah selesai membaca diskusi di detikforum dan kaskus, aku teringat seseorang yang malam tadi mengirimku pesan di inbox facebook. Dari seseorang itu, beberapa waktu yang lalu aku pernah membaca di blognya tentang kisahnya bertemu dengan pengemis di daerah Malioboro. Diceritakannya bahwa pengemis itu adalah korban gempa Jogja thn. 2006, dan menjadi pengemis demi menghidupi anak dan istrinya.

Cukup dengan membaca namanya di inbox facebook, aku kembali mendapatkan gambaran yang sempurna tentang Indonesiaku. Negeri nan indah yang dianugerahi Tuhan dengan alamnya yang kaya raya, gemah ripah lohjinawi. Negeri yang dalam pelajaran IPS di SD dulu disebut dengan 'Untaian Jamrud Khatulistiwa'. Atau yang dalam syairnya Iboe Soed diungkapkan sebagai 'Negeri Masyur Permai'.

Tetapi, baru sekejap aku membayangkan indah dan kaya rayanya Indonesia, aku langsung muntab ketika beberapa kata melintas di otakku, "PEJABAT....PEJABAT...PEJABAT....WAKIL RAKYAT...". Pingin rasanya jika aku diberi kesempatan untuk ngomong di depan pejabat dan wakil rakyat di DPR, aku pingin menunjuk jidat mereka satu per satu sambil berteriak "MATAMU DIMANAAAA..??? TELINGAMU DIMANAAA...??? OTAKMU DIMANAAA....??? ITU MATA APA BISUL...??? KALO MATA KENAPA TIDAK BISA MELIHAT MISKINNYA RAKYATMU, SEDANGKAN KALIAN MALAH BEREBUT MOBIL BARU...??? KALO PUNYA TELINGA, KENAPA KALIAN TIDAK BISA MENDENGAR RINTIHAN RAKYAT YANG KELAPARAN...???...SHiiiiiiiiit.....!!!!!!

Yaah, mungkin seperti itu yang pingin kuucapkan. Pada kenyataannya memang negeriku sangat indah dan kaya raya, tapi menjadi sangat miskin dan tertinggal karena Tuhan sedang mengizinkan 'drakula-drakula' ntuk memimpin negeri ini. Dan jika masih ada orang yang masih bisa untuk mentolelir tingkah laku 'drakula-drakula' itu, aku ingin berkenalan dengannya, karena otakku sudah off dan tak sampai untuk menalar kelakuan mereka; si DRAKULA.(*(*&*&*&^.

Terakhir untuk pagi ini sebelum aku menyapa beberapa sahabat di room chat facebook, ada sebuah kisah menarik yang ingin kutuliskan..

Suatu hari pada zaman Rasulullah Saw., ada seseorang yang ketika sakaratul maut tidak mengucap kalimat syahadat, tetapi malah mengucap "laitaha thawilah (seandainya lebih panjang),,,laitaha jadidah (seandainya yang baru),,laitaha kamilah (seandainya semuanya)". Kemudian para sahabat menanyakan hal ini kepada Rasulullah Saw..

Rasulullah Saw. tersenyum mendengarnya, "Apa yang diucapkan orang itu tidak keliru. Suatu hari ia bertemu dengan orang buta. Si buta itu tersaruk-saruk karena tidak ada yang menuntun, maka ia membimbingnya berjalan. Dan tatkala ia hendak menghembuskan nafas terakhir, ia menyaksikan betapa besar pahala amal shalehnya itu, lalu ia pun berkata "seandainya lebih panjang..". Maksudnya, andaikata ia membimbing si buta itu lebih panjang lagi untuk berjalan, pasti pahalanya akan lebih besar pula.

Adapun ucapannya yang kedua, ia sedang melihat pahala dari hasil perbuatannya yang lain. Suatu hari ketika cuaca sangat dingin, di tepi jalan ia melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil. Melihat lelaki tua itu kedinginan, maka ia memberikan salah satu bajunya yang lama, dan membawa pulang yang masih baru. Menjelang saat-saat ajal menjemputnya, ia melihat besarnya pahala amalnya sehingga ia pun menyesal dan berkata "seandainya yang baru..".

Dan untuk ucapannya yang ketiga, pada suatu ketika ia sangat lelah dan lapar. Lalu ia membuka sepotong roti yang disiapkan oleh istrinya. Namun, tatkala hendak dimakannya, tiba-tiba datang seorang pengemis yang terlihat sangat kelaparan. Lantas ia membagi rotinya menjadi dua potong untuk pengemis itu. Maka ketika ia melihat besarnya pahala yang diperolehnya, ia pun menyesal dan berkata "seandainya semuanya..", artinya jika roti itu kuberikan semuanya, tentu pahala yang akan aku dapat akan lebih besar pula."


Rabbanaa laa taj'a'l liy dunyaa akbara hamminaa..
Wa laa mablagha 'ilminaa...

Yaa Rabb,,jangan Kau jadikan dunia sebagai prioritas hasrat kami..
Dan jangan Kau jadikan pula dunia sebagai tujuan ilmu kami..

BIP 3th build, 20 Ramadhan 1431 H/30 Agust 2010 M.



Read more >>

Bagaimana Tradisi Membangun Masyarakat..?? (Studi Empirisme)

Praktis dari tahun 2002 aku meninggalkan kampungku untuk mengembara ke kota -Jogja-. Tujuanku tak lain adalah mencari puzzle-puzzle takdir untuk menyempurnakan mozaik hidup. Karena bagiku, generasi yang paling baik adalah mereka yang bisa menginspirasi generasi sesudahnya. Inspirasi dalam bentuk nasehat-nasehat tentang perjuangan hidup sang pelaku, cerita-cerita masa lalu -sejarah-, tentang nilai-nilai kehidupan, semuanya akan terus terwariskan dari generasi ke generasi..

Lain kampungku lain juga Jogja. Empat tahun menjadi orang Jogja, sedikit banyak kutemukan beberapa perbedaan, baik dari kehidupan sosial masyarakatnya, kultur yang berkembang, spiritualitas, sampai cara berfikir masyarakatnya. Menganalisa dua tempat ini tentu akan menjadi hal yang menarik, karena di samping membutuhkan telaah sejarah, instrumen lain yang dibutuhkan adalah penguasaan teori sosial dan budaya..

Antara Kampungku dan Jogja

Meskipun pada awalnya kultur yang dibangun di kedua tempat ini adalah kultur Islam-Jawa (Kejawen), namun pada sisi-sisi tertentu -baik kampungku maupun Jogja- sudah banyak mengalami 'perbedaan', masing-masing beralur dan berdialektika dalam proses menemukan jati diri masing-masing. Oleh karena itu, ketika akan melakukan pembacaan terhadap keduanya, hal yang harus ditemukan terlebih dahulu dan dijadikan sebagai titik perbandingan adalah 'autentisitas'.

Berbicara tentang autentisitas suatu kultur, ibaratnya kita sedang menggali sebuah harta karun. Di dalamnya tersimpan peta yang memberi petunjuk tentang keberadaan kitab-kitab kuno nan sakti. Di dalam kitab itulah sejatinya tersimpan inti dari harta karun tersebut, yaitu ajaran fundamental yang berisi tentang epistem, tata nilai, sejarah, dll.. Maka, siapa yang berhasil mendapatkan kitab tersebut, ia akan bisa secara arif membaca dan mensikapi berbagai problema tata nilai yang berkembang pada masanya.

Kampungku, yang berada di sebelah timur Jogja +-75 km, merupakan daerah yang memisahkan Kasultanan Yogyakarta dengan Kesultanan Surakarta. Menurut cerita dari Simbah-Simbah para sesepuh, kono kampungku merupakan camp para pemberontak kumpeni-kumpeni Belanda. Secara geografis, letaknya memang sangat strategis. Ia berada di tengah-tengah tiga bukit dengan lerengnya yang curam. Karenanya, area ini sering digunakan oleh para pejuang untuk bersembunyi.

Dari cerita kakekku kuketahui bahwa Islam masuk ke kampungku sekitar abad ke-16 M, dibawa oleh seorang wali yang dikenal dengan julukan Sunan Jati. Tidak ada yang mengetahui secara pasti siapa dan dari mana Sunan Jati berasal. Orang-orang kampungku menisbahkan nama itu ke pohon jati berdiameter 3 meter yang menjulang tinggi di sebelah utara kampung. Tak jauh dari pohon jati itu, terdapat kuburan kuno berangkakan Jawa-Arab, kuburan inilah yang oleh masyarakat kampungku diyakini sebagai Sunan Jati.

Sebagaimana tradisi keraton yang monarki-absolut, masyarakat kampungku juga masih menjaga tradisi ini dalam pemilihan kepala kampung (lurah). Silsilah yang dipilih untuk menjadi lurah kampungku haruslah mereka yang mempunyai garis darah dengan Sunan Jati (jadi bukan silsilah sembarangan..!!^,^). Lurah di kampungku agak berbeda dengan lurah daerah lain, selain tugasnya menjadi pengayom warga, ia juga diharuskan memiliki tingkat pengetahuan agama yang mumpuni. Oleh karena itu lurah kampungku selain mempunyai pengaruh yang kuat, juga memiliki karisma yang tinggi di mata warganya.


To be continued...
(Sepertinya akan menjadi catatan yang panjang...)
Read more >>

Sangkan Paraning Dumadi

Orang zaman dulu menjadikan alam sebagai guru kehidupan, mereka membangun rasionalitas-akal pada nilai-nilai abstrak semesta, dalam bahasanya dikenal sebagai 'tondo-tondo' atau pertanda. Lewat 'tondo-tondo' inilah mereka berusaha menangkap pesan-pesan dari Gusti Pengeran, kemudian mengejawantahkannya dalam tingkah laku atau perbuatan yang sarat nilai-nilai filosofis.

Misalnya, saat angin dibarengi dengan hujan lebat, pertanda bahwa 'Dewi Sri' sedang menebar benih kesuburan di bumi, itu artinya mereka harus segera mengadakan gendurenan sebagai ungkapan rasa syukur. Ketika terjadi hujan gerimis namun matahari masih bersinar terang (Jawa: cirak), mereka menangkap hal tersebut sebagai pertanda bahwa musim kemarau panjang akan segera tiba. Oleh karena it
u, jatah makan harus diperhemat dan perut harus dilatih kosong dengan sering-sering berpuasa.

Begitulah alam menjadi guru mereka. Tidak hanya memberikan makna simbolis, namun juga sebagai sebuah filosofi kehidupan, mengajarkan hakikat manusia, bagaimana alam bekerja dan manusia menjalani hidupnya dengan berbagai perlambangan eksistensi kehidupan terpendam di dalamnya.

Sedangkan orang sekarang, mereka menganggap alam tak lebih dari sekedar simbol, keberadaanya berada dalam ruang dan hukum-hukum fisika yang konstan. Alam hanyalah benda mati yang tak ada hubungannya dengan pesan-pesan Tuhan. Fenomena yang terjadi tak lagi ditangkap oleh 'jiwa', sehingga manusia semakin keras untuk menerima pesan-pesan filosofi kehidupan..

Sangkan Paraning Dumadi; dari mana
asalnya manusia dan kemana akhirnya manusia setelah mati. Alam sesungguhnya merupakan samudera ma'rifat untuk semakin mendekatkan diri kepada Gusti KangMakaryo Jagad.. Menangkap 'bisikan' alam, karena sesungguhnya darinya-lah kita diciptakan, dan akan dikembalikan...


"Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui." (Q.S. Al-Baqarah: 22)

"Bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi; hanya Allah lah yang mempunyai semua kerajaan dan semua pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu." (Q.S. Ath Taghabun: 1)


Read more >>

Aku yang hilang...

Aku hilang, dan tak pernah kutemukan diriku. Pernah ia datang sekejap, lalu menghilang. Dan tak ada waktu untuk aku mengenali bahwa itu adalah aku. Aku tak sadar, atau mungkin juga ia datang pada saat yang tak tepat. Lalu pertanyaanyaku "Apakah jiwaku memang ada yang hilang…??

Seperti halnya coretanku ini, aku pun tak paham. Aku tak melihat diriku menulis dengan benar-benar sadar. Hanya bahasa jari-jemariku, yang sering jauh dari makna. Kadang dibaca orang, namun anehnya mereka masih sempat berkomentar. Apakah mereka juga paham…??

Sering aku bertanya, dimana sebenarnya duniaku. Kadang aku ingin menjadi seorang akademis,seorang pemikir yang setiap detiknya selalu bergumul dengan tumpukan buku. Namun sering aku merasa bosan dengan semua itu. Ingin rasanya kutinggalkan dunia ilmiah, dunia kaku yang isinya hanya presentasi, debat, adu teori dll.. Pemikiran ini yang sering membuatku mentertawakan diri sendiri..!

Aku belum menemukan solusi; "Haruskah kutinggalkan dunia ilmiah ini..??"

Di detik berikutnya, aku penuh ambisi. Dunia menenggelamkanku dalam kubang materialisme; aku ingin menjadi pebisnis tingkat tinggi. Di sini aku sering terlena, mungkin karena tabiat manusia yang selalu merasa kurang puas. Bisnis, dalam pandangan sederhanaku merupakan dunia yang sangat sederhana. Jika dulu –dan masih sampai sekarang- aku begitu berambisi menggenggam dunia, maka kubangan ini yang kulirik, penuh harta dan iming-iming dunia. Ia begitu menantang, darinya aku dapat secara utuh memandang dunia, cukup mengedipkan mata lalu aku bisa yakin, bahwa aku tak harus lelah untuk mewujudkan ambisiku. Di sini, bahasaku adalah kecerdasan…!!

Kecerdasan..

Aku tak tahu apa sejatinya kecerdasan, lucu bukan..??.. Iya lucu..!!

Ia kupahami sebagai sebuah kekuatan berfikir, kekuatan analisa dan membaca peluang. Dan aku yakin, pada dasarnya semua orang mempunyai kecerdasan, namun banyak dari mereka mengingkari hal tersebut -tidak percaya-.

"Apakah materialisme adalah separuh jiwaku yang hilang selama ini…???".. aku tak tahu..!!!

Dan diriku selanjutnya, meskipun aku tak yakin separuh jiwaku ada di sana, yaitu 'tentang dia'..!!

Penyakitku, aku sadar betul ini adalah penyakitku. Aku juga tak tahu kenapa ia bisa begitu kuat ada padaku. Seperti tali yang ruwet, bahasa yang kugunakan ketika ia tak mau tunduk pada rasionalitas akalku. Untuk yang satu ini, kedatangannya sering kuanggap hiburan, karena ia nampak mengasyikkan. Banyak mereka yang datang dengan menawarkan pesona keindahannya, tapi sungguhpun aku terima, cukuplah untuk melengkapi senyumku di pagi hari saja. Untuk siang dan sore, 'ia' tak perlu lagi kupikirkan..

Indah bermain perasaan. Padahal aku sendiri juga tahu kalau aku tak akan memberikan mutiara berharga itu kepada siapapun. Aku tak akan pernah memberikan 'ia' sebelum cita-citaku terwujud..

Sudah tiga, dan sepertinya malam ini aku tak akan menemukan dimana separuh jiwaku berada..

Semoga saja esok hari, saat adzan subuh lembut menyadarkanku, aku akan temukan separuh jiwaku yang hilang..

Karena aku ingin baik, maka dengan cara apapun harus kutemukan separuh jiwaku..

Aku tidak ingin menjadi manusia aneh, meskipun penuh cinta..


CIIH, 11 Juli 2010.

Read more >>

Apakah KHILAFAH Merupakan Harga Mati...??

Wall's Arsip dari diskusi facebook dengan Mas Shofhi Amhar..

======

Kahfi N Hidayat: "Salam,. Mas Shafi, saya tertarik ingin diskusi dengan sampean terkait dg beberapa status Mas Shafi tentang ajakan utk kembali ke sistem khilafah, penolakan trhadap demokrasi dll. Jika Mas Shafi berkenan, saya tunggu note Mas Shafi yang secara khusus dan utuh membahs dua poin di atas.."


Shofhi Amhar: "Bagaimana kalau kita bahas di catatan yang sudah ada (beberapa catatan saya sudah membahas itu). atau di sini saja, kita bahas satu per satu, detail per detail, dalam format tanya jawab, agar lebih hidup?:)"


Kahfi N Hidayat: "Saya ingin ngutip quotatation punya Mas Shofi:
وإقامة خليفة فرض على المسلمين كافة في أقطار العالم. والقيام به – كالقيام بأي فرض من الفروض التي فرضها الله على المسلمين – هو أمر محتم لا تخيير فيه ولا هوادة في شأنه, والتقصير في القيام به معصية من أكبر المعاصي يعذب الله أشد العذاب

(Dan menegakkan khilafah merupakan kewajiban setiap kaum muslimin di dunia. Dan menegakkannya -khilafah- seperti halnya kewajiban menegakkan kewajiban2 yg lain yg diwajibkan Allah terhadap muslimin. Yaitu sebagai satu perkara yang wajib -pasti- tidak ada pilihan dan toleransi. Dan segala upaya minimalisasi -menggagalkan/menghalangi- terhadap prses penegakan khilafah merupakan perbuatan maksiyat yang paling besar dan akan diadzab Allah dengan sepedih adzab..)"

Statment ini sangat mashur di kalangan hizbu tahrir, baik sifatnya sebagai hujjah (dalil doktriner) pembenaran atas kewajiban menegakkan khilafah. Dan terus terang, saya 100% ndak setuju dengan pernyataan di atas..

Pertama, karena saya berpandangan dan meyakini bahwa sistem pemerintahan merupakan perkara yang diserahkan sepenuhnya oleh Allah kepada manusia, artinya tugas manusia untuk mencari bentuk yang ideal yang sesuai dengan kondisi zaman. Dalam hal ini, al quran dan sunnah hanya memberikan kaedah-kaedah dasar, ataupun nilai-nilai dasar. Nilai-nilai itu mengatur tentang wajibnya menegakkan keadilan, persamaan antar sesama manusia, kebebasan dll..

Saya bukan menafikan khilafah lhoo yaa, saya mengakui khilafah itu pernah ada (hanya untuk khulafatu rasyidin) dengan sistem pelaksanaan pemerintahan yang memang sesuai dengan zaman itu.. Adapun pemerintahan sesudah khilafatu rasyidin, bagi saya tak lebih dari sistem kerajaan monarki-absolute yang pada titik intinya justru menyalahi nilai-nilai dasar Islam dalam membangun masyarakat..

HILAFAH, IT'S JUST A NAME.. Apapun yang kita gunakan (khilafah, demkrasi, kerajaan) sepanjang didasari dengan nilai-nilai Islam, sah-sah saja.. Bahkan kalaupun menggunakan nama KHILAFAH, tapi justru yang berlaku adalah sistm dzhalim, menginjak-injak nilai-nilai Islam, yaa dihancurkan saja..!!

Once more, it's just a name..!

Masih banyak yg pingin tak tuliskan, tapi ini dulu untuk mengawali diskusi hangat kita..

Monggo Mas Shafi..
:)"


Shofhi Amhar: "Syukran untuk awalannya, mas Hidayat. berikut tanggapan saya:

[saya berpandangan dan meyakini bahwa sistem pemerintahan merupakan perkara yang diserahkan sepenuhnya oleh Allah kepada manusia, artinya tugas manusia untuk mencari bentuk yang ideal yang sesuai dengan kondisi zaman.]

1. sistem pemerintahan di mana pun mengikuti pandangan hidup, prinsip-prinsip, dan nilai-nilai tertentu. apa yang disebut 'kondisi zaman' sebetulnya tidak terlalu signifikan dalam menentukan bentuk ideal sebuah sistem. perbedaan pandangan hidup, prinsip, dan nilai akan sangat mempengaruhi perbedaan sistem pemerintahan. jadi, sistem pemerintahan tidak bisa mana suka. sebab, sebuah sistem tertentu dibentuk untuk merealisasikan, memelihara, dan menyebarkan padangan hidup, prinsip, dan nilai tertentu. tidak semua model sistem pemerintahan dapat merealisasikan, memelihara, dan menyebarkan padangan hidup, prinsip, dan nilai tertentu.

2. tidak ada satu perkara pun dalam agama ini yang diserahkan sepenuhnya kepada manusia. semua ada aturannya. jalan terbaik untuk menyatakan bahwa sistem pemerintahan merupakan perkara yang diserahkan sepenuhnya oleh Allah kepada manusaia adalah dengan merujuk kepada nash-nash yang tersedia secara komprehensif. pembacaan komprehensif mengenai hal ini justru menunjukkan bahwa kerangka sistem pemerintahan islam telah dijelaskan oleh dalil-dalil yang ada.

[al quran dan sunnah hanya memberikan kaedah-kaedah dasar, ataupun nilai-nilai dasar. Nilai-nilai itu mengatur tentang wajibnya menegakkan keadilan, persamaan antar sesama manusia, kebebasan dll..]

3. kaidah-kaidah ataupun nilai-nail dasar itu tidak akan dapat diwujudkan dengan baik dan benar tanpa sistem yang baik dan benar pula. ketidaksesuaian sistem dengan kaidah dan nilai dasar akan memastikan ketidaktercapaian hasil yang diinginkan.

[KHILAFAH, IT'S JUST A NAME..]

4. fungsi nama di antaranya adalah untuk pengenalan dan pembedaan. dengan nama. seseorang lebih mudah mengenalkan sesuatu kepada orang lain. seseorang juga bisa membedakan satu konsep dengan konsep lainnya dari nama. penamaan khilafah oleh dalil-dalil syar'i juga berguna untuk membedakan model sistem yang selain khilafah. mas Hidayat sendiri bisa lebih mudah menjelaskan perbedaan antara sistem pemerintahan ketika khulafaurrasyidin dan setelahnya juga dengan menyebutkan perbedaan nama, bukan? jadi, nama itu bukan "just" tetapi sesuatu yang sangat penting.

monggo, mas Hidayat. :)


Kahfi N Hidayat: "Nuwun Mas balasannya, saya awali dengan 'bismillahi ar-rahman ar-rahim..'

1. Dalam Islam ada hukum yang sifatnya tswabit dan mutaghayirat. Tsawabit artinya tetap dan tidak berubah-rubah; contoh ini meliputi hal-hal yang sudah qathi -pasti-, sampai akhir zaman tidak akan pernah mengalami perubahan. Misalnya tentang wajibnya shalat, haramnya khamer dan zina, wajibnya berbuat adil, saling menghormati, persamaan, dll.. Sampai hari kiyamat hal ini tidak akan pernah mengalami perubahan..

Kemudian kedua adalah hukum yg mutaghayirat; adalah yang bisa berubah-ubah, sifatnya elastis, temporar mengikuti perubahan zaman sesuai dengan maslahat manusia. Contohnya lebih pada masalah-masalah muamalah duniawiyah, termasuk juga sistem pemerintahan.

Jadi, tidak benar kalau kemudian Mas Shafi menganggap hasil ijtihad manusia -sistem pemerintahan- adalah hal yang 'mana suka' atau 'suka-suka gue'. Sepanjang hasil olah manusia tersebut dibangun dari nilai-nilai tsawabit (keadilan, kebebasan, persamaan), sah-sah saja untuk dijadikan sistem pemrintahan di ZAMAN mapanpun dan TEMPAT manapun..

2. Satu hal yang harus kita akui -imani- bahwa setelah Nabi Saw. wafat, nash agama tidak akan pernah turun lagi ke manusia, syariatnya adalah penutup syariat langit. Jadi, nash agama (qur'an-hadits) sangat terbatas, sedangkan permasalahan manusia akan terus muncul dan berkembang sampai hari kiyamat. Oleh karena itu, Allah hanya meletakkan kaedah-kaedah umum dalam nash agama, dan menjadi tugas manusia untuk terus menggali hukum-hukum dari kaedah umum tadi. Karena itu dalam Islam kita mengenal ada konsep 'ijtihad'; yaitu mencari hukum yang tidak ada nashnya dalam alquran dan hadits..

Dan dalam sistem pemerintahan, tidak ada satu nash-pun baik dari hadits yang secara sharih (terang-terangan) mengatakan untuk mendirikan negara dengan sistem khilafah.. Oleh karena itu, kita memasukkan dan mengembalikan persoalan ini ke nash yang sifatnya mutaghayirat (bisa berubah), yaitu dengan memberikan keluasan ruang kepada manusia untuk mencari formulasi yang memang sesuai dengan maslahat zamannya.

Dari sinilah kemudian saya menyimpulkan bahwa persoalan khilafah pada dasarnya hanyalah penamaan saja. Saya memandang khilafah lebih pada jauhar (esensi/isi/kandungan), yaitu tegaknya keadilan, persamaan, dll sesuai dengan fitrah manusia. Dan sistem tersebut bisa kita namai dengan imamah, jumhuriyah (republik) atau yg lain..

Sedikit kita menengok sejarah.
Pada masa khalifah Ali ra. terjadi peperangan antara Ali ra. dengan Aisyah ra.. Pertanyaanya: Kalau memang khailafah ini merupakan kewajiban mutlaq dari Allah kepada manusia, lantas kenapa Aisyah dan Ali terlibat perang -perang Jamal-..?? Bukankah menentang dan menghalang-halangi pemerintahan khalifah termasuk kafir dan akan diadzab Allah dengan sepedih-pedih adzab (lihat kembali di quotation Mas Shafi)..?? Apakah Aisyah termasuk kafir karena memerangi khalifah Ali ra..??

Satu abad sesudahnya,
Imam Abu Hanifah secara jelas mengatakan penolakannya pada khilafah Umawiyah karena sang "KHALIFAH" bertindak despotis/tiran, lalai pada rakyat, hidup glamor dls.. Apakah kemudian Imam Abu Hanifah disebut kafir karenga tidak mengakui khilafah..?? Jika mengikuti pendapatnya kawan-kawan HT, tentu Aisyah ra. dan Imam Abu Hanifah sudah kafir dan akan diadzab dengan sepedih-pedih adzab..

Saya nukilkan kembali quotation dari Mas Shafi:
وإقامة خليفة فرض على المسلمين كافة في أقطار العالم. والقيام به – كالقيام بأي فرض من الفروض التي فرضها الله على المسلمين – هو أمر محتم لا تخيير فيه ولا هوادة في شأنه, والتقصير في القيام به معصية من أكبر المعاصي يعذب الله أشد العذاب

(Dan menegakkan khilafah merupakan kewajiban setiap kaum muslimin. Dan menegakkannya -khilafah- seperti halnya kewajiban menegakkan kewajiban2 yg lain yg diwajibkan Allah terhadap muslimin. Yaitu sebagai satu perkara yang wajib -pasti- tidak ada pilihan dan toleransi. Dan segala upaya minimalisasi -menggagalkan/menghalangi- terhadap prses penegakan khilafah merupakan perbuatan maksiyat yang paling besar dan akan diadzab Allah dengan sepedih adzab..)"

4. Iya, saya setuju bahwa salah satu fungsi dari nama adalah utk membedakan. Tetapi sekali lagi Mas Shafi, saya meyakini bahwa permasalahan formulasi bentuk pemerintahan ini adalah ruang ijtihad manusia, ketika ijtihad tadi bisa melahirkan formulasi yang berada dalam nilai-nilai Islam, tentu sah-sah saja donk untuk menamainya dengan selain khilafah...?? Misalnya dinamai dengan "Demokrasi Islam" sebagaimana yang saat ini sedang digagas oleh para pemikir Islam..

3. Mas Shafi menulis " kaidah-kaidah ataupun nilai-nail dasar itu tidak akan dapat diwujudkan dengan baik dan benar tanpa sistem yang baik dan benar pula"..

Sekararang pertanyaan saya: "Kaedah sistem yang baik itu apa..??"...Apakah satu sistem yang baik itu lantas ia kebal dari kepentingan-kepentingan individu -nafsu- manusia dalam mencari kepentingan..??..Apakah sistem yang baik itu tidak bisa dirong-rong...??.. Apakah Mas Shafi menafikan bahwa sistem yang muncul belakangan (baik yang sudah ada maupun yang akan muncul) pasti tidak baik..???..

Sekian dulu Mas, dan sepertinya untuk dua hari ke depan saya sibuk banget dan lebih banyak di sekretariat.. InsalLah setelah itu akan kita sambung lagi diskusi hangat ini..

Semoga bermanfaat..
Nuwun Mas..
:)


To be continued..

(Cairo International Islamic Hostel, 10 Juli 2010)
Read more >>

Tak penting...!!!

Ada yang tak sanggup kukatakan, bahkan aku sendiri-pun tak sanggup mendengar, padahal 'sesuatu' itu sering mendengung di kepalaku..

Semuanya lengkap di sini; marah, benci, acuh, dan juga lucu..!

Tentang nilai manusia..

Haruskah aku menganggapnya manusia jika ia sendiripun tak memposisikan dirinya sebagai manusia..? Aku tak butuh retorika untuk memperdebatkan 'kebenaran' pertanyaanku.. Dari dua titik saja aku sudah cukup untuk memunculkannya; bagiku keserakahan dan ambisi ketamakan adalah setan, bukan manusia..!!

Hanya sekali ini saja, dan aku tak akan mengulangi.

Orang-orang itu, tak pernah menyadari bahwa aku ingin berbuat baik untuk mereka. Jika dalam bahasa pamrih aku bertanya, "mana balasannya...??"

Berurusan dengan orang seperti mereka adalah membuang-buang waktu dan sangat mengecewakan. Tak akan lagi...!


(Ada yang tertawa, padahal ia orangnya, ada yang berusaha bertanya, padahal ia orangnya, dan ada yang berusaha menghindar mencari pembelaan, padahal ia sendiri mengakuinya...hihihi.. Sangatlah lucu, bukan dari aku memandangmu lantas aku tertawa melihatmu, tapi dari nuranimu memandang dirimu, kebodohanmu.. Kau pasti tertawa malau..hihihi..)

Dirimu tidak sedang berhadapan dengan orang bodoh, tapi dengan seseorang yang pernah memiliki IQ 150..!!!

:)
Read more >>

Revitalisasi Pendidikan; Upaya Mewujudkan Pendidikan Berkarakter

Prolog

Prof. Dr. Yahya Muhaimin dalam Sarasehan Nasional Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, mengatakan: ”Indonesia dikenal memiliki karakter kuat sebelum zaman kemerdekaan, tatkala mencapai kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan. Sekarang, karakter masyarakat Indonesia tidak sekuat pada masa lalu, sangat rapuh. Pemimpin saat ini juga tidak menjaga pembangunan karakter dan budaya bangsa.” (Kompas.com, 15/01/2010)

Pendidikan merupakan alat utama yang berfungsi untuk membentuk dan membangun karakter bangsa. Saat ini bangsa Indonesia sedang mengalami krisis multi dimensi, sesuai fungsinya maka pendidikan merupakan objek yang harus ditinjau kembali. Karena rapuhnya karakter suatu bangsa, pastilah diawali dan disebabkan oleh rapuhnya pendidikan karakter di bangku-bangku akademik.

Jika menyaksikan berita-berita di media nasional, baik cetak maupun elektronik, kita bisa menyimpulkan bahwa kenyataan yang sedang dihadapi bangsa ini adalah krisis moral yang sangat memprihatinkan. Fenomena seperti kekerasan, pembunuhan, pemerkosaan, kerusuhan, eksploitasi, merupakan sajian 'biasa' di media-media tersebut yang bisa kita saksikan setiap hari. Bahkan sudah jamak diketahui, beberapa televisi menyajikannya secara khusus, sebut saja misalnya Buser (SCTV), Sergap (RCTI), Silet (TRANS TV), Patroli (Indosiar), dll..

Pertanyaan yang muncul setelah menyaksikan fenomena di atas adalah, "Bukankan bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berpendidikan, bangsa yang beradab yang dibangun di atas nilai-nilai ketuhanan?", "Bagaimanakah sistem pendidikan yang selama ini berjalan di negara ini sehingga harus melahirkan fakta yang begitu sangat mengiris hati?", "Adakah yang salah dengan sistem pendidikan kita?"

Fenomena di atas menjadi potret dari gagalnya transformasi pendidikan khususnya dalam membentuk nilai-nilai karakter kepada peserata didik dalam sistem pendidikan nasional kita. Berangkat dari fakta tersebut, pada tulisan sederhana ini, penulis ingin memberikan potret tentang wajah pendidikan nasional Indonesia, latar belakang persoalan dan beberapa sisi-sisi kelemahannya. Di akhir pembahasan, penulis mencoba menawarkan format tentang pola revitalisasi pendidikan Indonesia.

Hakekat Pendidikan dan Potret Pendidikan Nasional

Sebagaimana tercantum dalam UUD 1945, bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab negara, artinya konstitusi membebankan tanggung jawab mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan nasionalnya kepada pemerintah. Dari sini diketahui, bahwa pemerintah menempati posisi yang sangat penting, di samping sebagai pembuat system pendidikan, ia juga berperan sebagai controlling system; agar dalam pelaksanaannya di lapangan sesuai dan sejalan dengan tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan, di samping untuk mengembangkan daya nalar kritis-kognitif, juga merupakan upaya berkelanjutan untuk membangun dan membentuk karakter. Penanaman nilai-nilai akhlak, moral dan budi pekerti sebagaimana tertuang dalam undang-undang pendidikan nasional Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 harus menjadi dasar utama dalam pola pelaksanaan dan evaluasi sistem pendidikan nasional.

"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berilmu, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab." (pasal 3 UU. Sisdiknas thn. 2003).

Muhammad Yaumi, dalam makalahnya yang berjudul “Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Melalui Trandisiplinaritas”, menguraikan secara apik tentang perlunya upaya revitalisasi pelaksanaan pendidikan nasional dikaji melalui pendekatan sisi pengembangan dan pembentukan karakter. Ia menuliskan bahwa tujuan pendidikan nasional sebagaimana tertera pada undang-undang, secara jelas telah meletakkan dasar-dasar yang kuat dalam menopang karakter dan jati diri bangsa. Tetapi dalam penyelenggaraannya telah mengalami degradasi, yaitu terkikisnya nilai-nilai kearifan lokal oleh kuatnya arus pendidikan global, kecerdasan kognitif menjadi ukuran yang lebih dominan untuk menentukan keberhasilan dalam menempuh pendidikan. Akibatnya, tata krama, etika dan moral generasi bangsa tereduksi dalam sebuah nilai-nilai sempit cognitive oriented.

Kritik Pola Pelaksanaan Pendidikan

Ada kesan bahwa materi yang tertuang dalam buku ajar selama ini baru menyentuh aspek formal dan parsial, misalnya upacara, ritus, hukum, dan lambang-lambang. Meskipun demikian, hal tersebut harus diakui sebagai bagian yang tak terpisahkan dari nilai universal agama. Sementara itu, spirit atau ruh hukum tersebut, yaitu iman, harapan, dan kasih sayang, belum begitu disentuh. (Jawapos.co.id, 16 April 2010)

Sistem pendidikan di Barat sesudah Revolusi Prancis tahun 1784 yang berpijak pada sekularisasi (seculerisme); yaitu –berorientasi- penduniaan segala masalah kehidupan dan cita-cita kemasyarakatan, dan bersandar pada etika hedonisme; yaitu pola pelaksanaan kewajiban yang bersendi pada benda keduniaan semata-mata. Maka secara jelas menunjukkan bahwa civil society di Barat berinduk pada sekularisme, dan pola sekulerisasi dalam segala nilai-nilai kehidupan dalam masyarakatnya.

Sementara Indonesia, sebagai negara yang dibangun dengan asas dan nilai-nilai ketuhanan, seyogyanya dan merupakan suatu keharusan untuk menanamkan dan menempatkan pola pendidikan yang berorientasi pada pengembangan karakter dan nilai-nilai universal ketuhanan. Oleh karena itu, basic view maupun starting point dalam pelaksanaan sistem pendidikan juga harus sejalan dengan nilai-nilai tersebut. Sehingga pada akhirnya pendidikan melahirkan satu tatanan masyarakat (civil society) yang kokoh dan berkarakter dengan menjunjung tinggi nilai-nilai universal.

Integralisasi Pendidikan

Fazlur Rahman dalam bukunya Islam and Modernity, Transformation of an Intellectual Tradition yang semula berjudul Education and Modernity, memberikan tawaran yang apik tentang integralisasi pendidikan. Meskipun tawaran konsep tersebut diajukan untuk konsep pendidikan Islam, namun sangat tidak menutup kemungkinan gagasan apik Fazlur Rahman ini diterapkan pada skala umum dalam upaya menggagas pendidikan yang berkarakter.

Fazlur Rahman menggunakan isitilah ‘dualisme’ sebagai bentuk identifikasi permasalahan. Dualisme menurutnya adalah penggabungan model atau corak pendidikan modern umum/sekuler (modern basic value) dengan tradisional (heritage basic velue), atau dalam istilah Arab dikenal dengan istilah turâts.

Prof. Sutrisno dalam disetrasinya yang berjudul "Pendidikan Islam yang Menghidupkan; Studi Kritis Terhadap Pemikiran Pendidikan Fazlur Rahman", menerangkan pandangan Fazlur Rahman yang menyatakan bahwa dalam rangka mengatasi problem umat harus dilakukan langkah-langkah 1) identifikasi terhadap pendidikan, 2) menemukan problem pendidikan, 3) mencari rujukan pada Quran dan Sunnah, 4) memberikan alternatif solusi terhadap problem tersebut. Dalam identifikasi pendidikan ditemukan bahwa problem utama pendidikan adalah ideologis, yaitu kegagalan umat untuk mengaitkan kepentingan ilmu dan pendidikan dengan ideologi mereka. Hal ini menyebabkan peserta didik (umat pada umumnya) tidak termotivasi untuk belajar serius dalam mengembangkan ilmu. Solusinya adalah peserta didik agar menuntut dan mengembangkan ilmu dengan melakukan observasi, analisis, dan eksperimen yang bisa mengaitkan antara perkembangan ilmu dan ajaran agamanya.

Identifikasi permasalahan dalam upaya menemukan problem pendidikan sebagaimana dilakukan Fazlur Rahman, dapat kita terapkan juga untuk menemukan permasalahan penddikan di Indonesia. Identifikasi tersebut misalnya dengan melihat berbagai fenomena sosial dan moral yang terjadi di tengah masyarakat kita (kekerasan, pembunuhan, pemerkosaan, kerusuhan, korupsi, suap, dll.). Dari sini dapat disimpulkan bahwa pendidikan kita sesungguhnya mengalami kegagalan tranformasi nilai-nilai ideologis-karakter kepada peserta didik. Oleh karena itu, gagasan integralisasi pendidikan sangat tepat jika disodorkan pada kondisi real Indonesia yang sedang 'sakit'.
Revitalisasi Kurikulum dan Menejemen
Sampai saat ini pendidikan nasional masih terfokus pada aspek-aspek pengembangan kognitif, sedangkan aspek yang sifatnya soft skills atau non akademik yang perannya sebagai unsur utama pembentuk karakter, justru terabaikkan. Oleh karena itu, dengan melihat potret pendidikan nasional dan permasalahan utama sebagaimana tertulis di atas, maka wajib kiranya dilaksanakan revitalisasi pendidikan. Hal ini tentu bertujuan agar pendidikan nasional kembali pada track utama; yaitu pendidikan yang berorientasi pada keilmuan dan pembentukan karakter.

Adapun pola revitalisasi ini, penulis membaginya dalam dua proyek besar. Pertama, reorientasi pendidikan yang diterapkan pada kurikulum (revitalisasi kurikulum). Dan yang kedua adalah, revitalisasi menejemen dan peran pendidik.

Pertama: Revitalisasi Kurikulum.

Pada bagian ini, penulis menawarkan pemikiran Fazlur Rahman seperti tersebut di atas sebagai sebuah solusi, yaitu integralisasi pendidikan karakter dalam kurikulum dan setiap mata pelajaran.

Adapun metodenya, dari setiap mata pelajaran harus dibuat ulasan yang berisi tentang nilai-nilai moral pembentuk karakter. Sehingga setiap mata pelajaran (materi) yang disampaikan kepada peserta didik tidak kering atau tidak sebatas mengejar nilai-nilai keilmuan kognitif semata-mata.

Sedangkan penerapannya kita dapat mengambil langkah sebagaimana yang diterangkan oleh Dr. Anita Lie bahwa pendidikan karakter di sekolah haruslah diterapkan secara holistis, artinya pendidikan karakter ini tidak bisa terpisah dengan bentuk pendidikan yang sifatnya kognitif atau akademik. Misalnya dalam pelajaran biologi, siswa bisa diajak langsung menanam tumbuh-tumbuhan, diberi pemahaman tentang manfaatnya, dikaitkan dengan kerusakan lingkungan dan sebagainya. (edukasi.kompas.com, 5 Januari 2010)

Kedua: Revitalisasi Menejemen dan Peran Pendidik.

Pada bab III undang-undang Sisidiknas tentang Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan disebutkan bahwa pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Dari ketetapan ini, penulis membagi point dalam upaya revitalisasi menejemen dan peran pendidik menjadi dua titik, yaitu:

1. Menejemen penerimaan pendidik.

Revitalisasi pada titik ini terkait dengan selektifitas lembaga pendidikan dalam penerimaan tenaga pengajar, dimaksudkan agar standar kualitas yang digunakan dalam penerimaan tenaga pengajar tidak rendah.

Namun untuk menuju ke arah sana, yang harus dilakukan terlebih dulu adalah penetapan kriteria yang disepakati secara nasional dalam hal penerimaan tenaga pengajar. Dengan adanya kriteria tersebut, di samping selektifitas dalam penerimaan tenaga pengajar akan lebih mudah dilakukan, juga sangat membantu pemerintah dalam monitoring kualitas pendidikan nasional.

Kekurang selektifan lembaga pendidikan yang disebabkan karena belum adanya standarisasi kualitas dalam menerima tenaga pengajar, secara langsung mempunyai pengaruh yang besar terhadap siswa. Di antaranya jika seorang guru tidak mampu menyampaikan pelajaran yang dapat ditangkap oleh siswa, atau perilaku moral yang tidak bisa dijadikan teladan oleh siswa. Hal ini tentu sangat fatal bagi perkembangan peserta didik, baik dalam hal akademis maupun mental.

2. Metodologi pengajaran.

Metode ini adalah bagaimana proses tranfer ilmu berlangsung, dimaksudkan agar pendidik tidak sebatas memberikan penjelasan dengan tujuan untuk menyelesaikan materi semata-mata, namun lebih dari itu adalah bagaimana seorang pendidik menggali nilai-nilai spiritual dan pembentukan karakter dalam pelajarannya. Meskipun sepertinya hal sepele dan mudah, namun masih banyak pengajar yang mengabaikkan hal ini.

Sebenarnya permasalahan tranfer ilmu yang diorientasikan pada pembentukan karakter di atas sudah jamak diketahui oleh para praktisi pendidikan. Meskipun sering diadakan seminar-seminar dan berbagai upaya lainnya agar metode transfer ilmu ini terimplementasikan, namun seperti hanya "hangat-hangat tahi ayam"; tidak adanya konsistensi dalam pelaksanaan.
Oleh karena itu, untuk menjaga konsistensi pendidikan dalam metode penerapan dari revitalisasi kurikulum dan metode tranfer ilmu di atas, harus dibuatkan undang-undang sekaligus konsep sistem pengawasan, agar istilah "hangat-hangat tahi ayam" tidak terjadi. Hal ini juga untuk memaksimalkan peran pemerintah dalam controlling system; agar dalam pelaksanaannya di lapangan sesuai dan sejalan dengan tujuan pendidikan nasional.

Ujian Nasional (UN); Permasalahan dan Solusinya
Disebutkan dalam pembukaan undang-undang pendidikan nasional tahun 2003 tentang pemberian amanah kepada pemerintah untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia. Namun pada pelaksanaanya, ternyata terjadi inkonsistensi yang dilakukan oleh pemerintah.

Inkonsistensi ini misalnya kebijakan Ujian Nasional (UN) yang hanya menetapkan materi umum/sekuler sebagai syarat kelulusan. Dengan adanya ketetapan tersebut, maka lembaga pendidikan saling berlomba-lomba agar peserta didiknya bisa lolos UN. Dan hal ini –kenyataanya- dilakukan pemangkasan terhadap jam-jam materi agama oleh sebagian besar lembaga pendidikan. Sehingga bangku-bangku pendidikan khususnya tingkat dasar sampai atas, lebih tekonsentrasi pada mata pelajaran umum/sekuler.

Kenyataan ini tentu tidak sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam UU dengan orientasi pada keseimbangan keilmuan dan pengembangan karakter yang menempatkan nilai-nilai holistis ketuhanan sebagai dasar utama. Oleh karena itu, pelaksanaan UN perlu ditinjau ulang untuk dicarikan format yang lebih sejalan dengan tujuan pendidikan nasional.

Adapun format baru tersebut dapat dilakukan dengan menambahkan materi agama untuk dijadikan materi UN. Penambahan ini tentu karena materi agama merupakan nilai-nilai utama yang dijadikan sandaran moral dan berperan penting sebagai pembentuk karakter. Mengingat juga bahwa formalitas pendidikan agama termasuk salah satu upaya nyata yang harus dilakukan pemerintah sebagai bukti keseriusannya dalam menjalankan amanah konstitusi untuk membentuk dan membangun karakter bangsa.

"Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama" (UU. Sisdiknas thn. 2003, pasal 12 ayat 1)

Kemudian apakah UN masih relevan diterapkan?. Penulis berpendapat bahwa UN masih sangat relevan diterapkan, karena penghapusan UN sama halnya dengan membiarkan mutu pendidikan nasional kita kabur tanpa standarisasi. Di samping itu, UN juga merupakan satu bentuk pertanggung jawaban peserta didik terhadap proses belajar yang selama ini mereka dapatkan di bangku pendidikan.

Penutup

Melihat kondisi bangsa yang kian terpuruk dengan berbagai fenomena-fenomena moral yang terjadi, sudah merupakan kewajiban pemerintah untuk merevitalisasi pola pendidikan yang berorientasi pada penanaman dan pengembangan karakter sebagaimana disebutkan dalam undang-undang. Dengan harapan, pelaksanaan revitalisasi pendidikan mampu melahirkan sumber daya manusia tangguh secara moral dan intelektual, sehingga pada akhirnya Indonesia dapat terus berdiri tegak sebagai bangsa bermartabat dan adi luhung di dunia Internasional.

Jika selama ini out put dari lembaga pendidikan adalah manusia-manusia yang miskin karakter, beragama namun tidak tahu agama (moralitas dan spiritual hancur, intelektual nol, kreatifitas mati) atau dengan kata lain tidak adanya keseimbangan antara afektif (iman), kognitif (ilmu) dan psikomotorik (amal), maka bukan suatu yang mustahil jika dalam beberapa tahun ke depan mentalitas bangsa ini adalah "selvis mentality".

Pada kesimpulannya adalah, harus ada revitalisasi pendidikan yang diorientasikan pada penyeimbangan antara iman, ilmu dan amal. Atau dengan bahasa lain, integralisasi pendidikan yang berbasis spiritual basic character dan ilmiah oriented.


*Dipresentasikan di Kedutaan Besar Republik Indonesia-Kairo untuk mengikuti konferensi pelajar Indonesia di Australia, 2010.

Kahfi N. Hidayat
Student of Politic and Islamic Law
Al Azhar University - Cairo.











Referensi

1. Yaumi, Muhammad, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Melalui Trandisiplinaritas, [Online].
Diakses di: http://www.scribd.com/doc/25174556/Pendidikan-Budaya-dan-Karakter
[12 April 2010].

2. Zainuddin, Pendidikan Anti Terorisme, [Online].
Diakses di: http://jawapos.co.id/halaman/index.php?act=detail&nid=128190
[16 April 2010].

3. Jihad, Saiful, Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat, [Online].
Diakses di: http://saiful-jihad.blogspot.com/2009/08/viii-masyarakat-madani-dan.html
[16 April 2010].

4. Roqib, Mohammad, Pengembangan Strategi Pembelajaran, [Online].
Diakses di: http://mohroqib.blogspot.com/
[17 April 2010].

5. Soetrisno, Prof., Pendidikan Islam yang Menghidupkan; Studi Kritis Terhadap Pemikiran Pendidikan Fazlur Rahman. [Online].
Dapat diakses di:
http://sutrisno63.blogspot.com/2008/01/prof-sutrisno-pendidikan-islam-yang.html
[21 April 2010].

6. Lie, Anita, Pendidikan Karakter Sulit Diterapkan, [Online].
http://edukasi.kompas.com/read/2010/01/15/17163935/Pendidikan.Karakter.Sulit.Diterapkan
[5 Januari 2010]

7. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Thn. 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, [Online].
id.wikisource.org/wiki/Undang-Undang_Republik_Indonesia_Nomor_20_Tahun_2003
Read more >>