Manusia Langit; Debu dan Sejarah

Di sini, aku berdiri.
Kupandang langit, kupastikan di tanah mana aku sedang berada.
Sekejap kemudian aku terbang. Aku naik jutaan kilo meter dari titik aku berdiri tadi.
Aku terus naik meninggalkan bumi..
Sekejap, aku telah berada di antara jutaan benda-benda angkasa.
Aku berada jauh dari bumi.

AKu berhenti..di titik ini aku berhenti,
Dari sini, dari jutaan kilometer aku melihat bumi.
Dimana bumi tempat aku berdiri tadi??..semua benda angkasa terlihat bulat..
Dan sunguh aku tak bis membedakan mana bumiku.
Kemudian aku turun ratusan kilometer untuk melihat dimana bumi berada?..
Setahuku bumi itu berada diantara Venus dan Mars.

OOh..itu bumiku. Iya..aku yakin itu bumiku.
Lapisan atsmosfernya berwarna biru tua..
Sebagai pertanda bahwa di dalamnya ada udara..itu bumiku..

Kemudian aku duduk di sebuah batu pecahan meteorid.
Aku merenung..
Dari titik ini..
Aku berusaha mencari Indonesiaku...
Ah..sia-sia..karena yang terlihat hanyalah gumpalan tanah yang berwujud seperti bola..
Aku turun beberapa ratus kilometer untuk melihat di mana Indonesiaku..
Kali ini aku duduk di sebuah batu cincin Jupiter..
cahayanya berkilau-kilau..

Dari sini aku kembali mencoba mencari Indonesiaku..
Nah..itu dia, aku yakin Indonesiaku adalah warna biru bergaris putih itu..
Membentang..

Kemudian..
Aku mencari tanah dimana aku dilahirkan..
Pulauku hampir-hampir tak terlihat..
Hanya garis cokelat dan biru..tapi aku yaakin itu adalah pulauku..
Kupaksakan mataku untuk menyapu semua garis-garis itu,,
aku mencari desaku tempat aku dilahirkan.
Desaku..aku yakin pasti berwarna coklat tua.Karena konstruksi tanahnya adalah padang
rumput kering yang terlalu lama terkena panas musim kemarau..
Itu dia..aku yakin .

Kutarik nafas dalam dan panjang, kemudian kukeluarkan secara cepat..
Aku jauh di sini, jutaan kilometer dari tanah kelahiranku..
Perlahan-lahan kupejamkan mata..
Aku ingin mencari hakekat diriku..

Aku...
Kubayangkan aku sedang berdiri di desa itu, di salah satu lapangan belakang masjid.
Aku..sunguh tak terlihat..
Aku..sunguh hanyalah setitik debu yang sama sekali tak berharga..
Aku..berada di antara milyaran manusia yang sedang hidup di bumi.
Aku..teramat dan sangat kecil..
..
KONTRAS
..
Namun aku hidup di sana..
Aku bergerak..dan kecil sekali..

Kemudian aku bertanya..
Bisakah aku mewarnai dunia yang begitu sangat luas, padahal aku hanyalah
sebesar debu di titik itu??..
Atau, bisakah aku menjadi setitik cahaya, yang cahaya itu bisa terlihat
dari milyaran kilometer jauhnya??..
..
Ouh..aku terlalu kecil di sana.
Aku berada pada bentangan zaman.
Berada di bentangan sejarah.
JIkalau aku hanya diam,,jikalau aku terlena dengan sihir dunia, sihir
kemalasan dan santai-santai.
Sungguh aku hanya akan menjadi makhluk yang tidak pernah
tercatat dan diperhitungkan sejarah..
Aku hanya akan menjadi nisan,
dan tak 'kan ada orang mengenalku setelah 100 tahun kemudian..

Aku tak mau tertelan zaman...
Aku tak mau tertelan zaman...

Sesaat kemuaian aku turun ke bumi..
Aku kembali ke bumi..
Dan aku ingin berubah dan perubahan.

Comments :

0 comments to “Manusia Langit; Debu dan Sejarah”