Kapal Kertas

Ia duduk di sana, di atas batu putih. Sendirian, ia melempar pandangannya ke selatan, jauh pada objek yang tak terbatas, mengurai luasnya langit.

Dan lihatlah, kali ini matanya mulai bergerak, mengikuti daun yang diterbangkan angin. Daun itu melangit, lalu berputar-putar sebelum akhirnya menjauh ke arah jurang. Di arah itu, matanya tertahan, pandangannya kembali kosong.

Batu putih tempat ia duduk adalah ujung bukit yang sebelah timurnya merupakn jurang dengan kedalamandan ratusan meter. Curamnya ditumbuhi ilalang dan rumput-rumput akar yang lebat. Sekitar 300 meter dari dasar jurang, tumbuh pohon ringin yang sangat besar dengan akar-akarnya yang merayap di pelipir-pelipir bebatuan. Sesekali terdengar suara tetesan air dari dasar jurang, dan sahut-sahutan suara kodok, sebuah isyarat belantara tentang kesunyian dan angkernya.

Si rambut pirang itu berdiri, menegakkan tubuhnya di bibir jurang. Ia memandang dalam dasarnya, menyusuri setiap garis-garis batu. Tak lebih dari 300 meter di bawah, batas matanya tak mampu lagi menembus gelap. Pantulan sinar matahari sore hanya samp...


To be continued..

Comments :

0 comments to “Kapal Kertas”