Menghaluskan Bahasa Tulis

Facebook arsip, Vendredi 28 Mai 2010, 23:30

Bagiku dunia coret-coret memang paling mengasyikkan, mungkin karena hobiku dulu usil suka coret-coret, jadi kebawa deh sampe sekarang.. ^,^

Aku pernah kok nulis di notes tentang kiat menulis. Meskipun itu untuk cerpen, tapi secara umum langkah-langkahnya sama... Coba dicari di notes, aku lupa judulnya..!

Di sini aku sharingkan saja tentang cara menghaluskan bahasa dalam tulisan. Banyak orang yang pintar menulis, tapi bahasa yang digunakan terasa kasar. Kasar di sini bukan dalam artian kotor (umpatan), tapi kasar karena gramatikal maupun pemilihan dan penyusunan kata-katanya tidak tepat. Nah, cara yang paling tepat dan evektif untuk menghaluskannya adalah dengan banyak-banyak membaca berita koran dan buku ilmiah serta novel.

Masing-masing (berita koran-buku ilmiah-novel) mempunyai fungsi tersendiri dalam pengembangan kemampuan menulis, khususnya dalam menghaluskan bahasa. Koran misalnya, selain menambah banyak kosa kata popular yang up-date, gaya penulisannya (5 W 1 H) akan melatih dan membentuk otak kita untuk menerangkan sesuatu secara sistematis dengan bahasa yang evektif; lugas, ringkas dan mengalir. Di samping itu, kita juga akan terlatih dalam gramatikal bahasa, baik pemilihan dan penyusunan kata dan kalimat.

Cara selanjutnya adalah dengan banyak-banyak membaca buku-buku ilmiah/non fiksi. Buku-buku ini fungsinya lebih untuk melatih keterampilan dalam membidik permasalahan utama sebelum kemudian menjabarkannya secara panjang lebar, ataupun sebaliknya, yaitu menangkap dan meringkas permasalahan. Bentuk penyajian gagasan dan analisa yang panjang dalam sebuah buku, juga akan sangat melatih kita untuk bisa pintar dan terampil menyambungkan ide atau gagasan dari paragraf ke paragraf. Karena banyak sekali kita jumpai tulisan yang antar paragrafnya terputus atau tidak ada kaitannya sama sekali. Dan keterputusan ini akan mengakibatkan kaburnya tema yang diangkat.

(Heem..sebelumnya biar ndak bingung, bagian atau elemen tulisan itu terdiri dari KATA --> KALIMAT --> PARAGRAF --> TULISAN UTUH. Nah, TULISAN UTUH ini sudah merupakan hasil 'kolaborasi' atau simbiosis mutualisme antara beberapa gagasan utama yang ada di paragraf. Oleh karena itu, jika dari elemen dasar 'KATA' sudah salah, maka akan merusak KALIMAT, dan jika kalimat sudah rusak, maka akan merusak PARAGRAF, dan jika paragraf sudah rusak, maka ide pokok juga akan terputus-putus, dan jika ide pokok sudah terputus-putus kacau, maka tema akan melayang-layang, dan akan mengakibatkan TULISAN tidak jelas 'jluntrung parane'...hehe..)

Cara selanjutnya adalah dengan banyak-banyak membaca novel. Secara tidak sadar, 'rasa bahasa' (dalam istilah Arab disebut 'dzauq al-lughah') novel yang halus, akan melatih kita dalam mempoles tulisan agar lebih berisi dan menyentuh. (Karena itu, banyak-banyak membaca novel juga sangat dianjurkan bagi mereka yang ingin mengembangkan bakat 'nggombal' dan lebay..hihihihi ^,^.)

Dalam membaca novel, akan lebih bagus lagi jika kita menyesuaikan novel yang kita baca dengan konsentrasi keilmuan kita. Novel-novelnya Ahmad Tohari misalnya, sangat tidak cocok untuk dikonsumsi orang-orang yang bermental kapitalis, korup dan berpaham ekonomi liberal. Hal ini karena semua karya Ahmad Tohari mengangkat tema tentang kemanusiaan, sehingga bahasanya sehalus rintihan keterbelakangan, kemelaratan, penindasan dll.. Contoh lain seperti novel Mira W, karena tema-tema yang diangkat lebih pada masalah cinta, maka bahasanya juga tak jauh-jauh dari 'rasa' mellow-mellow. Karena itu, novel Mira W akan tidak cocok dibaca orang jurnalis khususnya wartawan.

Pada intinya, kalau kita pingin pintar menulis, hal dasar yang harus dilakukan yaaa sering-sering membaca dan menulis dan membaca dan menulis dan membaca dan menulis dan membaca dan menulis... Membaca dan menulis bagiku seperti lingkaran, jadi jangan bertanya padaku mana yang lebih didahulukan antara membaca dan menulis. Nanti saja akan kuberitahu setelah kutemukan jawaban 'duluan mana antara telor dan ayam...hihihi..^,^


Penting..!!!
Agar diketahui dan diperhatikan oleh semua pembaca, bahwa semua hal yang tak tuliskan di atas meskipun tidak ada rujukan ilmiahnya, tapi sudah lulus uji empiris; pengalaman pribadi..hehehe..^,^


Terakhir, dunia penulisan baik yang sifatnya fiksi maupun non fiksi, memiliki aturan yang baku. Aturan ini disepakati internasional. Misalnya penggunaan tanda baca, penggunaan huruf kapital dan penulisan foot note. Oleh karena itu, dalam setiap menulis, hendaknya kita selalu memperhatikan aturan-aturan baku tersebut. Dan untuk melatihnya bisa dengan cara membiasakan menulis STATUS FACEBOOK, atau chating dengan mentaati aturan baku penulisan.

Heem.. Alhamdulillah sudah sejak lama aku membiasakan untuk mentaati aturan-aturan tersebut, meskipun pada hal yang sangat sederhana dan jarang orang memperdulikannya: SMS, via status facebook atau chating. Karena itu, jika sekarang kutemukan ada yang menulis tidak dengan penulisan baku, misalnya nama orang yang ditulis tidak dengan huruf kapital di awalnya "ari kusuma anggara", akan terasa risih banget... ^-^ Terlebih jika menuliskan kata "allah swt" dan nabi "muhammad" dengan 'A' dan 'M' huruf kecil..,heem,, rasanya seperti merendahkan Allah dan Nabi Muhammad, Saw..
:)


Seperti tertulis di ruang tamu asrama Khadijah Mu'allimaat Jugja "Language is a habit..", maka menulis secara baku juga harus dibiasakan agar menjadi kebiasaan..^,^



My best regard..

^,^

Comments :

0 comments to “Menghaluskan Bahasa Tulis”