Amanah Reformasi Dalam Ancaman

Tulisanku jaman masih belajar nulis..culun..!! ;)

Amanah Reformasi Dalam Ancaman


Era reformasi adalah sebagai babak baru kehidupan bangsa Indonesia yang telah sekian lama terpenjara dalam permainan politik penguasa yang tiran. Gerakan ini sebagai suara nurani rakyat yang sudah sekian lama hidup dalam pendearitaan menuruti ambisi penguasa. Iklim demokratais pada masa-masa sbelumnya hanya sebatas omongan saja, demokrasi yang mereka lakukan adalah demokratis dalam pasungan dan telah menghancurkan dan mengganyang keadialan.

Mencermati perkembangan politik, akhir-akhir ini muncul hal yang sangat ironis, di mana iklim
demokrasi sebagai amanah dari reformasi akan dipasung kembali. Karena drakula-darakula penghisap darah rakyat di masa orde baru belum sepenuhnya dibasmi, kini darakula-drakula itu
muncul kembali tetap dengan pekerjaan lamanya, yaitu sebagai politikus di pemerintahan.

Hal yang mereka lakukan adalah dengan mengembalikan iklim demokrasi kembali kedalam pasungan. Salah satu cara yang mereka tempuh adalah dengan berusaha menyeragamkan asas Parpol dengan asas tunggal Pancasila, seperti yang di lakukan oleh Fraksi PDIP, Golkar dan Demokrat beberapa waktu terakir. Upaya penyeragaman asas ini telah disepakati oleh ketiga partai dan akan di perjuangkan menjadi UU. Biarpun menuai protes yang keras dari lawan
politik, namun dengan argumentasi yang seakan-akan dipaksakan, mereka tetap mengusungnya.

Kenekatan ini sebagai sinyelamen adanya kepentingan pihak-pihak tertentu di balik usaha tersebut, dan sepintas dapat disimpulkan hal ini sebagai manuver-manuver yang berujung pada kekuasaan. "Menjual darah rakyat", itu mungkin kata yang pantas bagi para pengusung penyeragaman Pancasila menjadi asas tunggal parpol.

Tidak mau berkaca terhadap sejarah, bagaimana asas tunggal pada masa-masa orde baru telah dijadikan tameng bagi penguasa yang tiran dalam mempertahankan kekuasaanya. Sejarah telah mencatat berdarah-darahnya negeri ini hanya karena asas tunggal yang di paksakan. Usul seperti itu ibarat menawarkan darah rakyat dengan harga mati atas asas tunggal Pancasila. Karena bagaimanapun untuk menjalankanya harus di lakukan dengan otoritatif. Di masa Orde Baru asas tunggal Pancasila ibarat hantu yang menakutkan semua orang. Asas tunggal dijadikan
senjata bagi penguasa untuk menggebuk pihak yang dianggap lawannya. Tak heran jika pada masa itu banyak tokoh-tokoh yang masuk penjara karena dianggap menentang Pancasila. Siapapun yang tidak sepaham dengan pemerintah, langsung ditunjuk sebagai anti Pancasila.

Usulan penyeragaman asas tunggal tersebut juga sebagai isyarat bahwa ada sebagian golongan atau partai yang tidak menerima dengan adanya reformasi, karena sebelumnya kekuasaan yang sudah berada di genggamanya harus di bagi-bagikan kepada yang lain, atau kontrol pemerintahan tidak berada mutlak di bawah kendali mereka. Jikalau demikian, bererti amanah reformasi yang menitik beratkan pada hak asasi manusia dan demokratisasi tidak akan berhasil kalau golongan-golongan ini mendapat kesempatan lagi memegang tampu pemerintahan.

Untuk menghadapi pemilu 2009, terlihat sangat jelas sekali ketakutan partai sekuler ini dengan perkembangan partai yang berasaskan agama, khususnya terhadap partai yang berbasis masa umat Islam. Disisi lain, ada keinginan juga untuk memberangus paratai-partai kecil sehingga pada pemilu 2009 tidak ada kursi parlemen bagi mereka. Oleh karena itu dengan meng-goalkan usulaan penyeragaman, bererti partai-partai kecil yang banyak menggunakan asas agama akan mengekor partai besar.

Sebagai umat Islam, hal yang wajib digaris bawahi dan menjadi perhatian serius adalah pernyataan mereka secara terang-terangan tentang kekawatiran mereka terhadap peraturan-peraturan yang muncul berbau syariah. Sebagai contoh, ketika parpol menggunakan asas Islam, maka ketika menjadi kepala daerah seringkali lahir peraturan daerah yang bernuansa syariah. Di samping secara terang-terangan ke tiga partai besar itu mengumumkan dirinya sebagai partai sekuler, sejatinya mereka juga telah mengisyaratkan diri sebagai musuh Islam. Kalaupun membawa nama Islam, dapat dipastikan hanya dusta demi sebuah kekuasaan.

Setelah sekian lama rakyat Iondonesia di bodohi oleh permainan politik penguasa dengan janji-janji palsu, sudah saatnya sekarang rakyat berfikir jernih dan tegas dalam bertindak khususnya umat Islam. Apalagi setelah melihat bahwa beberapa politikus kita adalah manusia-manusia sekuler. Sikap politik kita yang salah, pada akirnya akan berimplikasi pada generasi berikutnya, karena pada hakekatnya kita telah men-setting iklim pemerintahan dengan mendukung atau menolak kebijakan-kebijakan mereka.

Kekuasaan yang dikawal oleh partai ataupun politikus sekuler, selamanya tidak akan mendukung langkah-langkah umat Islam. Hitam putih sejarah bangsa Indonesia tidak bisa lepas dari politik kekuasaan yang akirnya menjadi warna dari generasi dari era yang dipimpin.

Renungan Masa Orde lama Soekarno, pada masa awal-awal kepemimpinanya bisa mendapatkan dukungan penuh dari rakyat. Disamping ada faktor ketokohan yang dimiliki Soekarno dan Bung Hatta, juga karena pemerintahan waktu itu dikawal oleh politikus-politikus yang ber-Ketuhanan,
yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dan keadilan. Namun pada penghujung kekuasaanya, terlihat goyahnya pemerintahan karena pemeriantahan sudah dikawal oleh politikus-politikus busuk. Hal ini menjadi semakin parah ketika kebijakan pemerintah sudah tidak lagi mendukung rakyat. NASAKOM misalnya, sebagai sikap yang dijadikan haluan pemerintah dalam mengambil kebijakan. Akirnya sejarah mencatat akir dari Era Orde Lama ini dengan kudeta dan penggulingan Soekarno dari kursi pemerintahan.

Masa Orde Baru, kelaliman dan kepemimpinan yang otoritatif menjadi ciri khas pada masa ini. Demokrasi dipasung, pers dijadikan corong penguasa untuk mendukung kebijakan dan doktrin-doktrinnya. Islam dimanfaatkan sekedar untuk mengambil hati rakyat, kemudian di campakkan begitu saja. Sejarah mencatat pada masa ini, berapa ribu nyawa umat Islam yang harus menjadi tumbal dari penguasa yang tiran.

Masa reformasi, ketidak berpihakan penguasa terhadap rakyat setelah sekian lamanya telah membuat rakyat gerah. Reformasi meledak, pemerintakan orde baru digulingkan. Demokasi di
suarakan, hak asasi manusia di gaung-gaungkan. Dengan menggunakan analisa hukum Arcimedes, rakyat yang sudah sekian lama ditekan, ketika berhasil lepas dari tekanan akan meledak dengan ekspresi yang berbeda-beda bahkan berlebihan. Ditengah-tengan upaya utuk mewujudkan iklim pemerintahan yang demokratis, kini yang notabennya sebagai partai besar, berusaha mengkhianati amanah reformasi tersebut.


Penyeragaman asas tunggal, adalah pengkhianatan terhadap amanah reformasi. Sebagai orang
yang tau sejarah bagaimana berdarah-darahnya bangsa ini karena asas tunggal, harusnya bisa menentukan sikap setelah membaca sikap parpol yang mengsulkanya.


* Mahasisiwa yang sedang belajar menulis di kajian Politik
(October 29th, 2007 by Kahfi Almanafi).

Comments :

0 comments to “Amanah Reformasi Dalam Ancaman”